|
|
MY SHARING - RENUNGAN DAN CERITA
Dalam keseharian hidup ini, saya berusaha mencari kesederhanaan yang ditampilkan Tuhan dalam sesama saya ataupun dalam segala setuatu
yang saya alami. Jatuh bangun, suka duka, sering saya tuangkan dalam bentuk renungan atau bacaan.
Tidak ada tujuan untuk memegahkan diri karena hanya DIA saja yang patut kita megahkan.
Semoga sharing dan renungan saya dapat memberi berkat bagi anda semua, seperti Ia telah memberkati saya.
Tuhan memberkati.
PINDAH RUMAH - Sebuah Sharing
Singapore, 24 Februari 2003
Sabtu dan Minggu (22 - 23 Februari 2003). Dua hari yang melelahkan. Hari dimana
aku bersama teman temanku memindahkan barang barang dari rumah sewa ku yang lama
ke tempat yang baru.
Banyak hal yang aku alami selama 2 hari ini, atau 3 hari rasanya dari malam Jumat dimana
aku bersama temanku sibuk mengepak dan memilih barang mana yang akan kami pindahkan. Tentu
saja hal yang paling berkesan adalah capek yang menyerang sekujur tubuh. Tobatttt.
Aku juga sempat berpikir kalau banyak hikmah yang dapat ku ambil dari proses pemindahan rumah ini. Dari Packing, Loading, Unloading
and Unpacking.
Packing
Karena sudah terbiasa dengan ruang yang aku tempati, rasanya seisi ruangan terlihat rapi
atau indah. Walau pada kenyataannya sewaktu aku mulai mengepak (packing) baru akan terlihat
kotoran dan debu yang tidak terlihat selama ini.
Kadang karena sudah terbiasa dengan pola hidup dan rutinitasku, aku sering tidak melihat
'kotoran' dan 'debu' yang ternyata masih menyelimuti hati dan pikiranku. Mungkin hati
dan pikiran kita juga butuh di'packing' .
Aku juga musti pintar-pintar memilih barang mana yang harus aku bawa dan mana yang harus
aku tinggal untuk meringankan bebanku.
Ya betul juga, aku harus pintar-pintar memilih hal mana yang harus tetap aku bawa dalam
hatiku dan mana yang harus aku tinggalkan dalam menata masa depanku. Hmm harus pintar pintar.
Loading
Dengan menyewa truk aku dan temanku bergotong-royong mengangkut semua barang yang sudah
aku pilih (Thanks to all of you guys nanti gue traktir makan dech hahaha). Naik turun lift, dorong
sana-sini.
Intinya dibutuhkan kerjasama dalam mengangkat barang barang tersebut ke atas truk. Tak
lupa si sopir yang membantu menata barang sehingga muat di truk.
Well, aku rasa aku juga perlu menata hatiku sehingga hal hal yang telah aku pilih dapat masuk dengan rapi. Tidak asal masuk
trus keluar lagi. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Atau main sodok saja sempal sana sempal
sini sehingga sewaktu aku membutuhkannya udah ngga inget lagi dimana. (Udah berapa banyak or berapa kali kita baca firman
Tuhan, ada yang nyantol ngga dalam kehidupan sehari-hari??).
Aku juga tidak akan bisa berusaha sendiri dalam menata hati dan hidup melainkan aku butuh teman-temanku yang membantu dan
tentunya Tuhan yang menata rapi.
Unloading and UnPacking
Sampe di tempat baru, rame rame kita nurunin barangnya. Rumah yang bersih tiba-tiba jadi
berantakan karena barang barang yang kami masukan. Tapi setelah kami rapikan satu persatu,
well jadi rapi lagi (Senang rasanya walau pinggang mau patah hahaha).
Walau kadang banyak sekali masalah yang kita hadapi sampai kadang kita tidak tahu lagi
bagaimana kita dapat menyelesaikan semua itu atau bahkan tidak tahu harus memulai dari mana. Tapi yang pasti, kalau kita
bertekad melangkah. Walau hanya langkah kecil, setapak demi setapak semua akan selesai pada
akhirnya.
Barang barang yang berantakan mulai menjadi rapi, begitupula masalah dan kegalauan hati
mulai menjadi rapi.
BERUSAHA.
Pada awalnya barang-barang itu terlihat seperti gunung yang harus kami pindahkan. Dengan keterbatasan waktu dari peminjaman truk sampai
tenaga bantuan yang aku takuti kurang banyak. But, dengan usaha dan usaha pada akhirnya semua selesai pada waktunya.
Keringat yang bercucuran, tenaga yang terkuras rasanya menjadi satu hal yang menjadi keharusan. So aku katakana dalam hati untuk beberapa
hari ini jangan mengeluh kalau semua kelihatan seperti tidak dapat aku atasi. Yang penting tetap berusaha selama aku masih bisa berusaha. Itu saja sudah cukup.
Oh ya terima kasih udah menyediakan waktu anda untuk berusaha membaca sharing saya. Semoga menjadi berkat dan tetaplah berusaha
selama kita masih bertenaga.
God Bless,
Kwang.
kembali ke awal
HARI ULANG TAHUN KKIHS Ke-3
Singapore, 27 Februari 2003
Besok, pada tanggal 28 Februari 2003, persekutuan doa tempat aku belajar dan berbagi akan merayakan
Hari Ulang Tahunnya yang ketiga. Panitia HUT ini sendiri sudah demikian sibuknya mengatur semuanya agar dapat berjalan lancar.
Baru saja aku menerima email dari temanku yang mengharapkan semoga pada hari HUT besok
hanya perasaan syukur yang paling dalam yang kami berikan kepada Tuhan. Bukan kecemasan
akan jumlah tamu yang datang, bukan kecemasan mengenai lebih atau kurang konsumsi
yang disediakan dan juga bukan masalah waktu yang
ditakutkan ataupun seragam apa yang harus kita kenakan.
Yup, tahun ini Persekutuan Doa kami akan masuk ke tahun yang ketiga. Yang berarti dua tahun sudah aku belajar dan berkarya
bersama-sama dengan saudara dan saudariku.
Tepat sekali yang dikatakan temanku itu, hanya ucapan syukur saja yang rasanya dapat
aku berikan kepada Tuhan atas segala yang telah Dia lakukan sepanjang dua tahun ini
bagiku didalam persekutuan hidup bersama saudara dan saudariku.
Sukacita, dukacita, gesekan gesekan, kebingungan kebingungan, semuanya telah Dia atur sedemikian
rupa sampai kami masih dapat berjalan perlahan dan sampai di tahun yang ketiga.
Aku mengucapkan syukur kepada Tuhan atas semuanya itu. Sadar atau tidak, Dia telah menempatkan suatu sikap kerjasama di
dalam hati kami masing-masing selama 2 tahun yang telah berlalu ini.
Kerjasama atau Cooperation yang berarti menempatkan prioritas tertinggi
bagi pekerjaan Tuhan daripada keegoisan
diri kami sendiri. Suatu sikap yang rela untuk bekerja bersama-sama bahu membahu satu
sama lain demi KerajaanNya.
Mungkin itu sebabnya mengapa Yesus mengatakan bahwa kita semua adalah sama di mataNya, karena Dia tidak melihat perbuatan
yang kita lakukan tetapi Dia melihat hati kita saat kita melakukan. Hati yang hanya memprioritaskan
pekerjaanNya daripada kepentingan diri kami sendiri.
Ah, tak sabar rasanya untuk berkumpul lagi malam ini. Gladiresik katanya, latihan buat
besok. Ingin aku lihat hati hati yang bekerja bagi Tuhan. Semoga harapan dan doa temanku
benar benar menyentuh kami semua. Bukan hanya kecemasan dan rencana tapi ucapan syukur yang kami bawa padaNya.
But it's time to bring You something new Not just something that we feel or required
But Lord with all my heart I want to live for You alone.
"For we are labourers together
with
God…" (1 Corinthians 3:9 KJV).
Tuhan Memberkati,
Kwang
kembali ke awal
KASIH MULA MULA
Singapore, 03 Maret 2003
Mungkin bukan pertama kali aku mendengar diriku atau saudara/I seimanku berkata,
"Ah capek yah gini gini terus". "Boleh ngga yah aku keluar aja dari
kegiatan ini" atau "Aduh, bosen nih, aku lagi males banget dech, pengen berhenti saja".
Yah, bukan suatu hal yang baru bahkan aku-pun sering mengeluarkan kalimat-kalimat itu dari
mulutku. Karena letih dengan kegiatanku atau kadang bahkan kalau ditanya mengapa bosan,
aku sendiri tidak memiliki jawaban yang dapat membela diriku. Yah, pengen aja, itu jawaban-ku
yang paling canggih rasanya.
Wahyu 2: 2-4 mengatakan,
"….Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu,
bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka
yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah
mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela Engkau, karena
Engkau telah meninggalkan kasihmu yang
semula…"
Ya, Tuhan tau segala pekerjaanku, segala jerih payahku dan ketekunanku, yang walau jatuh bangun tapi tetap berusaha menjalani
komitmenku. Mungkin aku tidak sampai seperti yang dituliskan di dalam kitab wahyu yaitu
mencobai mereka yang pedusta dan sabar menderita dalam nama-Nya.
Tapi satu hal yang menyentuh hatiku adalah KASIH itu bukanlah suatu masalah perasaan. Melainkan suatu keputusan. Tuhan pantas
mencela aku karena aku rasanya telah meninggalkan kasihNya yang semula.
Aku sadar kalau aku mulai kehilangan kasih mula-mula yang ditempatkan Tuhan dihatiku.
Aku mulai mendua hati (1Yoh 2:15 - Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang
ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu).
Yup, mungkin aku sudah terlalu mengasihi dunia ini dengan gemerlapannya. Aku lebih suka pelayananku jikalau pelayananku
dapat menimbulkan perasaan senang bagiku. Aku lebih suka kegiatan yang lebih dapat memuaskan
dahaga keduniaanku. Lebih suka kalau ini dan itu dan ini dan itu yang notabene selalu
dilandasi kata aku dan kepuasanku.
Aku mulai berhenti berjuang. Dapat ku lihat hilangnya semangatku dalam
melayani atau timbulnya rasanya enggan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain dan
mulai lebih mementingkan diri sendiri. Dan biasanya aku berhenti melawan perasaan itu dan
berhenti berjuang bahkan malah tenggelam di dalam perasaan itu.
Segalanya hanya rutinitas. Senyumanku hanya sekedar basa basi. Sapaanku
hanya sekedar suatu keharusan. Tak ada lagi beban di hatiku bagi jiwa jiwa yang terhilang.
Bingung juga rasanya. Seringkali aku sadar bahwa aku mulai kehilangan pegangan. Tapi
sering juga aku rasakan kadang aku mengeraskan hati dengan membuat alasan dan dalih agar
dapat membuat aku kelihatan baik baik saja. Yah manusia karbon copy (red: baca tulisan
ttg BARANG PALSU). Padahal dari semua yang aku dengarkan selama ini, homili, kotbah, sharing aku tau bagaimana supaya aku
dapat kembali pada kasih yang mula mula.
Minta Roh Kudus untuk memenuhiku setiap hari.
Aku harus terus mengingat apa yang dituliskan pada Lukas 11:13 "…Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi
Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Dan EKARISTI, aku harus kembali mencintai
Tuhan!
To all my brothers and sisters wherever you are, yang juga merasa kehilangan Kasih Mula-Mula.
Ingatlah apa yang dikatakan Rasul Paulus:
1 Korintus 9:25-27 mengatakan:
Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk
memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa
tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Kita harus tahu bahwa jalan Tuhan adalah perjuangan dan jangan sampai kita gagal di tengah jalan. Kita tidak akan berhasil dengan
kekuatan sendiri, karena itu kita perlu rahmat Tuhan.
Jadi ingat lagu Heart of Worship…
I'm coming back to the heart of worship
When it's all about You,
It's all about You, Jesus.
Yup, It's all about You, Jesus.
Bukan tentang aku, Bukan tentang perasaanku,
Bukan tentang capekku, Bukan tentang malasku,
But hanya tentangMu, Only about You.
God Bless,
Kwang.
"…Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. karena perjuangan kita
bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap
ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan
pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan
kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera dalam segala keadaan pergunakanlah
perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan
dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di
dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus..."
kembali ke awal
MEMILIH HIDUP
Singapore, 06 Maret 2003
Hari kedua masa Pra-Paskah. Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk MEMILIH HIDUP. Apa maksudnya dengan MEMILIH HIDUP
? atau mungkin kita persempit ruang pembicaraan kita. Apa arti HIDUP itu sendiri ? Dan apa arti MEMILIH ?
HIDUP (LIFE)
Hidup adalah suatu karya mujizat dari Tuhan kita. Hidup adalah suatu hadiah dan juga
merupakan suatu perjuangan. Hidup kita yang berasal dari nafas Allah yang hidup merupakan
suatu karya nyata dari Kasih Allah kepada kita.
Itu sebabnya sering kita dengar banyak orang berkata bahwa hendaknya kita menghargai hidup,
menghargai satu sama lain karena kita adalah karya ciptaan Allah. Bukan tubuh yang gagah
atau rupa yang rupawan yang membuat kita serupa dengan Allah. Melainkan HIDUP itu
sendiri, karena Allah kita adalah Allah yang HIDUP. Bagaimana kita menjalankan HIDUP ini
itu yang membuat diri kita entah serupa dengan Dia Sang Pencipta atau tidak.
Life is beautifull, judul sebuah film yang cukup terkenal beberapa waktu lalu. Mungkin
sang pengarang cerita mengerti akan arti HIDUP yang sebenarnya.
Bagaimana halnya dengan kita ? Apakah HIDUP bagi kita hanya bangun, tidur, kerja, santai,
dan semua kegiatan yang kita lakukan setiap hari ??? Apakah pernah kita coba mengingat kembali apa arti HIDUP yang sebenarnya
?
MEMILIH (CHOOSE)
Kita tahu bahwa kata MEMILIH adalah sebuah kata kerja. Kata kerja yang berarti kita
melakukan suatu tindakan. Melakukan suatu tindakan yang berarti ada pilihan yang harus
kita ambil, pilihan mau melakukan atau tidak mau melakukan.
Sebenarnya kalau kita pikir, di sepanjang HIDUP kita sendiri penuh dengan pilih MEMILIH. Bangun pagi, jam weker bunyi - kita
harus memilih, tidur lagi atau bangun dan mempersiapkan diri. Di kendaraan Umum - memilih apakah
membiarkan orang lain duduk atau diriku yang duduk karena masih merasa ngantuk. Di kantor
- memilih untuk bekerja dengan baik atau santai santai saja. Dalam pelayanan - benar
benar melayani atau hanya iseng iseng saja.
Dan lain-lain, dan lain-lain.
MEMILIH HIDUP (CHOOSE LIFE)
Dari penjelasan singkat di atas, dapat kita katakan bahwa MEMILIH HIDUP sama dengan memilih
untuk menjadi serupa dengan Tuhan. Memilih untuk menjalankan hidup ini sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Tetapi banyak sekali diantara kita yang salah
kaprah. Sering kita dengar orang berkata: "Ini kan urusan gue, hidup hidup
gue, bukan urusan loe" "Lah itu kan urusan dia, yang penting
gue aman" "Hidup ini susah dech, pengen cepet cepet mati aja"
"Hidup tuh ngga enak" Dan lain-lainnya.
Pada kitab Ulangan Bab 30 : 19 dikatakan
"..Now choose life, so that you and
your children may live..".
Firman yang tertulis di atas dimaksudkan untuk Bangsa Israel (Read Ulangan 28 - 30). Musa mengingatkan akan kasih Tuhan
yang telah dinyatakan pada Bangsa Israel saat itu. Empat puluh tahun Musa memimpin mereka berjalan
dipadang gurun, pakaian mereka tidak rusak, bahkan kasut mereka pun tidak rusak. Tetapi
bangsa Israel malah MEMILIH untuk membuat patung emas untuk disembah. Sebuah keputusan yang didasari atas kelemahan, kedegilan
dan ketakutan.
Mereka telah merasakan kasih Tuhan. Mereka telah diberi HIDUP. Tetapi mereka tidak MEMILIH
HIDUP. Mereka memilih Allah lain daripada Allah yang memberi HIDUP.
Pada ayat 15 kita dapat melihat apa yang menjadi pilihan kita di dalam kehidupan ini. "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian
dan kecelakaan"
Kita dapat saja memilih kematian. Seperti
yang dikatakan pada Injil Lukas 9:25,"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh
dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan
dirinya sendiri?.."
Memilih kematian bukan berarti suatu kegiatan bunuh diri semata. Tetapi memilih untuk menyenangkan diri sendiri. Memilih untuk mencelakakan orang lain baik sengaja atau tidak sengaja
saat bibir kita mulai menjelek-jelekkan orang lain. Saat kita bergosip atau menuduh. Memilih untuk memenuhi diri kita dengan seluruh kekayaan dunia ini lebih dari kekayaan HIDUP.
Memilih kematian berarti mematikan Sang Hidup yang ada di dalam kita. Mematikan Kasih yang dipancarkan Sang Hidup melalui kita.
Karena itu kita diminta untuk MEMILIH HIDUP.
Memilih hidup berarti memilih untuk mengasihi Tuhan Sang HIDUP yang juga secara langsung berarti mengasihi satu sama lain. Memilih hidup berarti memilih untuk hidup menurut
jalan yang ditunjukkanNya. Memilih hidup berarti memilih untuk berpegang teguh pada perintahNya, ketetapan dan peraturanNya.
Tetapi sering kita berpaling dan tidak mendengar dan mata kita ditutupi oleh kesenangan dunia. Walau kita ikut terjun dalam pelayanan, tapi
di dasar lubuk hati kita tidak lagi memilih HIDUP. Kita memilih Allah lain yaitu Kesibukan dan Keramaian. Kita memilih Allah lain yaitu
Kesenangan Hati. Satu pertanyaan melintas pikiranku, Sudahkah kita memilih dan Apa yang kita pilih ?
Tuhan memberkati,
Kwang
kembali ke awal
TUHAN TIDAK MENJUAL BUAH TAPI BIBIT
Singapore, 20 Maret 2003
Lagi asyik-asyiknya diriku dengan program yang harus kuselesaikan tiba tiba aku
mendapat email dari salah satu temanku. Tertegun dan
bingung diriku sewaktu membaca isi email tersebut yang antara lain berisi,"
Lagi sibuk ngga ? kalau ngga sibuk nih gue kasih
bahan renungan "Tuhan berkata, Saya tidak menjual buah tetapi saya menjual
Bibit" nah coba buat renungannya". Bingung dan geli rasanya diriku saat membaca itu.
Siang bolong disuruh merenung hehehe, langsung saja aku reply emailnya dengan mengatakan
kenapa ngga kamu aja yang buat renungannya.
Alhasil, tertarik juga aku untuk merenungkan kalimat yang 'dilemparkan' temanku tersebut. Tuhan tidak menjual buah tetapi Tuhan
menjual bibit.
Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku setelah membaca kalimat tersebut adalah perumpamaan tentang penabur (Mat 13). Sang Penabur yang tentu kita sadari sebagai
Tuhan yang menebarkan bibit/benih kasihNya di dalam hati kita. Kita sendiri berdiri sebagai benih yang jatuh di tanah atau batu-batu
atau semak.
Terlintas juga pikiranku saat janji Tuhan kepada Israel di kitab Yesaya,"
Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan
dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang
rumput yang luas" (Yes 30:23)
Yup, Bibit memiliki arti yang sama dengan Benih. Yang bagi diriku juga memiliki arti
sebagai suatu AWAL. Benih merupakan awal dari suatu buah. Benih merupakan awal dari
hasil tanah yang kita kecap.
Dan Tuhan hanya menjual (red: atau lebih baik kita katakan memberi) benih dan bukan buah. Mengapa ? Secara singkat alasan
yang dapat aku pikirkan adalah Ya begitulah cara Tuhan bekerja.
Tuhan kita bukan seorang pribadi yang suka memanjakan anakNya. Ia menghajar anak-anakNya tetapi Ia tidak menyerahkan anakNya kepada maut (Mz 118:18). Tuhan mau kita menjadi rekan sekerjaNya,
bersama-sama dengan Dia menjadi bangunan Allah (1 Kor 3:9). Well, secara umum sering kita dengar kalau
orang yang terlalu manja itu sedikit merepotkan (kata orang lho).
Tuhan mau kita memulai segala sesuatu dari hal-hal yang kecil (benih kan kecil), supaya kita setia terhadap perkara-perkara yang
kecil dan barulah nanti setelah kita bertumbuh dan menjadi kuat barulah Dia akan memberi kita perkara-perkara besar untuk kita hadapi
(Luk 16:10).
Sekarang mari kita mencoba berhayal. Kita ambil contoh benih suatu buah. Berawal dari benih buah yang kita miliki, kita pendam
di dalam tanah. Tiap tiap harinya kita sirami dengan air. Kita beri pupuk. Kita jaga sedemikian
rupa.
Beberapa minggu kemudian, mungkin benih akan bertumbuh mengeluarkan akar-akarnya dan menjalar lebih dalam untuk membentuk suatu pondasi
yang kuat.
Beberapa minggu berikutnya, benih semakin bertumbuh. Batang mulai keluar dari tanah, si batang sendiri harus mulai belajar bertahan
terhadap serangan dari luar seperti menahan tiupan angin, hujan dan panas.
Lalu batang mulai meninggi menjadi sebuah pohon, tapi belum mampu berbuah. Kuat tidaknya pohon ini tergantung dari tahap awal bertumbuhnya
benih tadi.
Kalau salah pupuk, benihnya mati. Tak ada pohon tak ada buah dech. Kalau kebanyakan air, mati juga. Ngga ada buah juga. Tapi
butuh takaran yang pas baru benih bisa menghasilkan akar yang kuat, pohon yang kuat dan pada akhirnya berbuah.
Nah sama halnya dengan kita. Kita semua memerlukan tahap yang sama seperti si Benih. Tahap masih menjadi benih, belajar bertumbuh dan pada
akhirnya berbuah. Tetapi sekali lagi itu tergantung dengan apa yang kita berikan pada diri kita. Kalau diri kita kita isi dengan
pupuk yang baik, tentu kita bisa memiliki akar yang baik. Dari akar yang baik kita bisa menghasilkan pohon yang baik. Dan pada
akhirnya berbuah.
Tuhan tidak memberi buah tetapi bibit.
Agar kita tahu bahwa tidak ada sesuatu yang besar yang dapat kita hadapi tanpa melalui
yang hal-hal yang kecil dulu.
Tuhan tidak memberi buah tetapi bibit.
Agar kita tahu bahwa kita memerlukan suatu proses dalam menuju suatu kesempurnaan. Kita harus memiliki akar yang kuat untuk menghadapi
segala serangan hidup.
Tuhan tidak memberi buah tetapi bibit.
Karena Dia mau kita berbuah dan berbuah dan berbuah sampai seluruh bangsa menjadi muridNya.
Apa jadinya kalau Tuhan memberi Buah ????
Tuhan memberkati,
Kwang
kembali ke awal
LOVE vs SARS
Singapore, 01 April 2003
Pagi ini aku teringat akan pertanyaan Yesus kepada Petrus, "Apakah kamu mengasihi
Aku?". Ya, pertanyaan itu terlintas dalam pikiranku saat aku selesai membaca
artikel di Koran Streat yang menceritakan tentang seorang karyawan Rumah Sakit Tan
Tock Seng yang lebih memilih untuk menjalankan tugasnya di kantor daripada diam di rumah.
Tidak ada salahnya juga sang suami mencoba menghalangi sang istri untuk tidak bekerja dalam beberapa hari ini karena Rumah Sakit
Tan Tock Seng merupakan pusat pengobatan bagi penderita yang terjangkit virus SARS ini.
Tapi sang istri tetap memilih untuk bekerja. Karena Ia merasa hanya itu yang dapat ia berikan bagi teman sekerjanya, para dokter
dan suster yang berjuang melayani para pasien dan bagi sang pasien sendiri.
Mungkin banyak dari kita akan berkata: Ya, itu kan tanggung jawab mereka. Itukan sudah tugas mereka sebagai perawat atau dokter.
Atau mungkin ada yang mengatakan bahwa si istri bodoh dan egois karena tidak mementingkan keselamatan keluarga. Apa jadinya kalau ia
sampai terjangkit.
Sedih juga rasanya kalau aku sampai memiliki pemikiran seperti di atas.
Secara pribadi aku merasa sedih juga saat mendengar salah satu temanku yang baru pulang
dari China karena tugas kantor diminta untuk tidak hadir di pertemuan cell groupnya karena alasan keselamatan. Sedih juga rasanya saat
mendengar banyak peserta yang mengundurkan diri dari acara Seminar Hidup Baru yang telah direncanakan. Sedih juga rasanya saat melihat
di gereja tidak boleh bergandengan tangan karena takut terjangkit virus ini.
Where is the LOVE?
Aku rasa KASIH yang kita miliki sudah ternoda karena virus SARS ini. Kasih kita sudah terjangkit oleh virus SARS yang belum ada obatnya ini.
Tenang, tenang. Bukan berarti bahwa aku menganggap teman-temanku jelek, atau keputusan Uskup Nicholas Chia salah atau menganggap diriku
lebih baik dari peserta-peserta yang mengundurkan diri dari seminar tersebut. Beribu-ribu kali tidak.
Mungkin banyak orang akan berpikir aku aneh memiliki pertanyaan seperti itu, "kan prevention kata teman kantor saya".
"kan udah tau bahaya kita harus pintar pintar dong menjaga diri". Bahkan ada yang mengatakan "Tuhan menciptakan kita
otak, yah kita buat mikir dong, bahaya harus dijauhi".
Semua betul! Tepat sekali! Bravo!
But again, I just wonder. Where is the LOVE? Masih ingatkah kita kalau Doa Bapa Kami yang selalu kita lantunkan dengan merdunya memiliki
kata 'kami' dan bukan kata 'aku'?
Dokter dan suster Tan Tock Seng telah menunjukkan kasih yang Tuhan ajarkan pada kita. Pendeta
yang meninggal juga telah menunjukkan kasih yang Tuhan ajarkan pada kita. Ya, aku percaya
sekali Tuhan berkenan pada mereka.
Yang aku kwatirkan adalah kita yang mengatakan dirinya adalah pelayan. Yang sibuk melayani siang dan malam. Apakah kita yang sering
mengatakan "ahhh orang Singapore ini Kiasu and Kiasi sekali", tapi kita sendiri termasuk diantara mereka yang ikut sibuk
menjauhi orang yang batuk di bis, yang bersin di mrt. Yang ikut menyerbu toko Guardian untuk membeli masker pernafasan. Padahal
biasanya kita cuek saja tuh.
Jesus, I wonder, jikalau aku terjangkit SARS ini, apakah teman sel-ku akan meninggalkan aku, apakah teman persekutuan doa-ku akan
menjauhi aku. Mungkin ini yang dirasakan penderita lepra pada jaman Yesus masih hidup. Diasingkan dan dibuang. Mungkin di jaman
ini sudah tidak ada lagi kasih yang sempurna, kasih yang rela mati bagi saudara-saudaranya.
Jesus, I wonder, jika aku terjangkit virus ini. Akankah ada tangan yang menggapai aku, menyembuhkan batinku.
Jesus, I wonder, jika di suruh memilih LOVE vs SARS, mana yang aku pilih? Walau kenyataannya sekarang aku telah memilih SARS karena tak
ada lagi kasih didalam hatiku, yang ada hanya ketakutan dan ketakutan dan ketakutan.
Mungkin di dalam diriku saja kasih itu hilang entah kemana. Yang ada hanya aku, aku, dan milikku.
Ya, mungkin kasih itu sudah terserang virus SARS dan mati. Virus SARS itu telah menjangkiti aku, tak ada lagi kasih di dalamku.
Sayup sayup aku mendengar Tuhan bertanya,"Apakah kamu mengasihi Aku?" Ku Jawab ya Tuhan aku mengasihi Engkau. Ku dengar Dia menjawab,"Tunjukkanlah
kasihKu, bukan dengan ketakutan tetapi dengan ketenangan dan kelembutan. Percayalah padaKu sebab Aku telah menunjukkan kasihKu padaMu.
Kasih yang sempurna, kasih seorang yang rela mati bagi saudaranya".
Word from writer: Sekedar ungkapan hati tanpa bermaksud menghakimi.
Come on guys, don't make SARS took away our Love. Show that we care with just being normal. Because rite now, not those patients but
we who are abnormal. We, who needs help and not them.
Tuhan memberkati,
Kwang.
kembali ke awal
APRIL FOOLS
Singapore, 02 April 2003
Kemarin malam saat sedang mempersiapkan diriku dengan bacaan pertemuan sel group,
tiba-tiba aku dikejutkan dengan dering telponku. Seorang sahabat wanitaku di Australia menelponku
dan memberikan kabar yang mengejutkan. Ia akan dijodohkan oleh orang tuanya kepada seorang lelaki yang tidak ia sukai.
Tetapi keluarganya sudah menentukan semuanya untuk dia.
Dengan suara yang terdengar sedih dan suara tawa yang terpaksa ia menceritakan semua
detail dari rencana pernikahannya yang telah diatur oleh orang tuanya. Terkejut dan bingung
dengan keadaan sahabatku ini, aku hanya dapat berusaha menasehati agar jangan panik dan
tetap berusaha mencoba untuk membuat orang tuanya mengerti bahwa ia tidak mau dijodohkan.
Bodoh ! Hahahaha.
Satu pertanyaan yang membuat aku sadar kalau aku sedang dibodohi. "Sekarang tanggal
berapa yach, kwang?". Ternyata aku sedang dikerjain (Awas yah tunggu pembalasanku hahahaha).
APRIL FOOL, sadar bahwa saat itu adalah tanggal 1 April. Membuat aku langsung terbahak-bahak dan tentunya malu! Bisa-bisanya aku
dibohongi.
Apa itu April Fool?
Pada Abad ke-16 di Perancis, pesta tahun baru ternyata jatuh pada tanggal 1 April.
Perayaan tahun baru saat itu sama dengan jaman sekarang dimana tahun baru dirayakan dengan pesta sampai larut malam.
Baru pada tahun 1562, Uskup Gregory memperkenalkan Kalender Kristiani yang dipakai sampai sekarang.
Dan tahun baru berubah menjadi tanggal 1 Januari setiap tahunnya.
Tetapi masih ada banyak orang yang belum mendengar kabar tentang berubahnya tanggal tahun baru pada saat itu, mungkin dikarenakan system komunikasi yang belum secanggih sekarang.
Maka mereka terus merayakan tahun baru pada tanggal 1 April. Karena inilah, banyak orang menyebut mereka "APRIL FOOLS". Banyak orang mempermainkan mereka dengan mencoba membuat mereka percaya akan
sesuatu yang tidak benar. Alias dikerjain. Di Perancis sendiri sekarang ini, 1 April
sering dipanggil sebagai "POISSON d'AVRIL'. Jokes April Fool yang terbaik adalah jikalau
jokes tersebut dapat membuat semua orang tertawa but harus diingat bahwa April
Fool bukan untuk melukai seseorang atau mencelakai
seseorang.
Hahaha tetap saja aku merasa bodoh saat percaya dengan sahabatku tersebut.
Senyum simpul mengawali pagiku hari ini, tanggal 2 April. Semoga tidak ada lagi yang
berusaha membuat aku terlihat bodoh.
"The first of April is the day we remember
what we are the other 364 days of the year" (American humorist Mark Twain)
Tuhan Memberkati,
Kwang
kembali ke awal
CHARITY AND LOVE
Singapore, 11 April 2003
Jujur, aku sudah berusaha mencari kata dalam bahasa Indonesia yang cocok untuk kedua kata
di atas tapi rasanya sulit bagiku yang bodoh ini untuk menemukannya. So, I stick to English.
Dua kata di atas terus menggodaku sejak tadi malam. Sejak aku mendengarnya keluar dari
salah satu brother dalam rapat yang aku hadiri. Rapat pertemuan bulanan yang diadakan oleh
badan karismatik singapura ini. Yach walau sebenarnya bukan aku yang harusnya hadir,
tetapi semalam Tuhan meminta aku untuk mewakili teman-temanku yang tidak dapat hadir.
Kalimat "This is not charity at all" and "This is not Christian at all" terlontar dari seorang brother
bagaikan ayunan pedang tajam yang membelah segala hati sebagai ungkapkan kekecewaannya terhadap sikap-sikap yang tidak konsisten. Saat pertama
bilang IYA, and saat berikutnya diam bersembunyi dalam kesunyian hati.
This is not Christian at all
Aku renungkan sepanjang perjalanan pulangku menuju ke rumah. Benar sekali apa yang dia
katakan, saat kita mengatakan IYA tanda setuju, tetapi tak lama kemudian saat badai datang
menggoda, saat tawaran yang lebih baik datang, saat kita melihat kesempatan untuk lari dari
tanggung jawab yang harus kita jalankan, kita memilih untuk lari dan mengatakan TIDAK tanda tidak setuju atau yang lebih
nge-trend adalah DIAM tanda membuat bingung (read: membuat bingung yang dengar apa setuju apa
ngga).
Padahal banyak sekali kita bercuap-cuap tentang kerohanian sepanjang hari kita. Mungkin karena
terlalu sering sampai-sampai kita sendiri lupa apa itu artinya Christianity.
Untung Yesus dulu tidak begitu, saat dia memilih lahir di dunia dan mengatakan IYA
kepada Bapa di surga bahwa dia mau menolong kita si pendosa-pendosa ini. Ia tidak memalingkan
muka saat cawan itu datang, tapi ia terima sampai menyerahkan nyawanya ditangan Bapa.
Untung Bunda Maria tidak begitu, kalau ngga Yesus sendiri ngga lahir dong.
IYA yang benar benar berarti IYA.
Tapi sulit juga rasanya untuk tetap mengatakan IYA, apalagi kita yang hidup di dunia yang
materialistis ini, (read: alasan paling top kedua setelah alasan "ah kan gue Cuma
manusia biasa). Musti pintar pintar kata orang, musti ngikutin arus biar aman kata
orang, musti diam aja biar ngga diganggu kata orang, yang lebih parah musti cari aman saja.
Wah, kapan aku bisa jadi seorang Kristen yang baik? Atau mungkin menganut aliran "ikut arus" lebih baik barangkali? Ah,
gelap deh.
This is not Charity at all
Without Love there can be no charity (quote: by Kwang hehehe). Yup, aku punya
pendapat bahwa tanpa kasih tidak akan pernah ada charity. Jadi dengan kata lain jangan
aku bercuap-cuap tentang kasih kalau aku sendiri ngga pernah ber-charity.
Sering sekali aku dengar orang "berkotbah" tentang kasih, bahkan tema-tema tentang kasih
dipakai dimana-mana. Kasih menjadi tema seminar, kasih menjadi tema perayaan doa atau perayaan
syukuran. Tapiiiiii, apa bisa dibilang charity kalau setiap apa yang kita lakukan masih
di dasari dengan otak bisnis yang dalam segala yang dilakukan hitung-hitungan sampai digit
di kalkulator ngga bisa mengerti (read: sekali lagi yahhh namanya hidup di dunia ini kan
musti pinter pinter ngatur flowcash) Oh ya, aku bukan bicara tentang dunia bisnis.
Kalau di dunia ini aku angkat tangan deh alias no comment. Mungkin ini makanya aku
ngga pernah bisa ber-bisnis bahkan ngga pernah tertarik ber-bisnis (read: padahal kere aja).
Maksudku adalah kita-kita yang terlibat di ladang Tuhan. Jangan sampai kita harus
menelan ludah kita sendiri. Berkoar-koar tentang kasih tapi dalam setiap tindakan kita ngga terlihat kasih (Hmm tanda tanya besar).
Mungkin ada baiknya kalau aku mengingatkan diriku lagi tentang apa itu kasih (walau udah pernah baca, baca lagi yach):
Roma 12:9 mengatakan, "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah
yang jahat dan lakukanlah yang baik.
1 Kor 13:4-8 mengatakan, "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak
mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi
karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti;
pengetahuan akan lenyap.
1 Yoh 4:7 berkata, "Saudara-saudaraku yang kekasih,
marilah kita saling mengasihi, sebab
kasih
itu berasal dari Allah; dan setiap
orang
yang mengasihi, lahir dari Allah dan
mengenal
Allah.
2 Yoh 1:6 - Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus
hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah
itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam
kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari
mulanya.
Yup, itulah KASIH yang sebenarnya,
itulah
dasar CHARITY yang sebenarnya.
Tapi yahhh, mungkin tetap saja pada
akhirnya
"ah, aku kan cuma manusia biasa
…".
Kalau udah begini, gelap dech.
Yang ngimpi,
Kwang
kembali ke awal
KOK MALAH NGGA BIKIN RENUNGAN
Singapore, 05 Mei 2003
Beberapa hari ini aku sedikit bingung, bingung akan apa yang harus aku tuliskan atas
apa yang harus aku bagikan. Kata-kata temanku si Jul dari PasirPanjang masih terngiang di telingaku. "Udah punya komputer
di rumah malah ngga pernah bikin renungan, katanya kalau udah ada pasti dibuat untuk nulis".
Yup, hampir 1 bulan aku tidak dapat menemukan apa yang harus aku tulis. Rasanya semua hanya
perjalanan hidup yang biasa yang tidak istimewa. Bangun tidur, mandi, berangkat kerja, pulang,
makan, nonton tv and tidur. Belum lagi rasa penat dan masalah yang menyelimuti pikiranku
selama 1 bulan ini membuat aku rasanya malas berpikir. Apa yang harus aku tulis?
Tapi, tersadar oleh bacaan hari ini, membuat
aku bertanya kepada diriku sendiri. "What must I do to do the works God requires?" (John 6:28). Kepada orang banyak yang menanyakan Yesus
hanya menjawab,"The work of God is this: to believe in the one he has sent".
Tuhan tidak meminta aku menuliskan tentang suatu mujizat atau hal-hal besar, tetapi aku percaya yang Dia inginkan hanyalah kesederhaan tulisanku atas apa yang telah terjadi dalam
hidupku. Dia ingin aku bagikan apa yang selama ini telah aku 'makan' dan apa yang telah 'mengenyangkan' diriku (John 6:26: Jesus answered," I tell you the truth,
you are looking for me, not because you saw miraculous signs but because you ate the
loaves and had your fill….").
Mungkin sebelum aku bertanya tentang what I must do to do the works God requires,
rasanya lebih baik aku bertanya terlebih dahulu, do I want to do the works God requires? Apakah Rohku sudah menyala-nyala dan rindu
untuk melayani Tuhan? Ataukah diriku masih sibuk dengan mimpi-mimpi akan kepentingan
diriku sendiri?
Tersenyum aku mendengar diriku bertanya-tanya kepada si aku. Malu, senang, sedih semua bercampur menjadi satu. Memang kelihatannya
kegiatanku cukup banyak, tetapi apakah aku benar benar melayani Tuhan melalui kegiatanku
atau tulisanku?
Aku rasa, itu saja yang penting. Seperti yang mazmur 119 lantunkan, biarlah ini menjadi doa dan harapanku kepada Tuhan.
Though rulers sit together and slander me, your servant will meditate on your decrees.
Your statutes are my delight; they are my counselors. I recounted my ways and you answered me; teach me your decrees. Let me understand the teaching of your precepts; then I will
meditate on your wonders. Keep me from deceitful ways; be gracious to me through your law. I have chosen the way of truth; I have set
my heart on your laws.
Semoga aku bisa tetap menjaga kesederhanaanku dalam membagikan pengalaman hidup dan kerohanianku demi kasihNya yang telah Ia tunjukkan kepadaku.
Bukan something yang besar tetapi yang kecil-kecil dahulu. Yup, something simple will do. Thanks to Mr. PasirPanjang (hahaha).
God Bless, Kwang.
kembali ke awal
3 BUNGKUS PLASTIK
Singapore, 06 Mei 2003, 22.00 malam
Tadi sore sewaktu aku berada di dalam MRT dalam perjalanan pulang. Aku melihat suatu
kejadian yang membuat aku tersenyum dan berpikir betapa uniknya kita, manusia, ciptaanNya.
Sebuah handphone berbunyi, beberapa orang sibuk menyelidiki handphone milik mereka masing-masing. Lirik sana lirik sini,
tampaknya semua bingung darimana asal bunyi tersebut.
Tergesa-gesa dan sedikit panik, seorang ibu yang berdiri tepat di sebelah kiriku mulai
membongkar tas bawaannya dan mencari handphone miliknya. Yup, ternyata milik si ibu.
Ku lihat agak kesusahan dia mencarinya, bongkar sana bongkar sini dengan mimik muka yang sedikit gelisah mengingat sudah cukup
lama handphonenya berbunyi. Gelisah karena mungkin telpon penting dari keluarga atau gelisah karena takut bunyi dering mengganggu penumpang
MRT lainnya.
Nah, akhirnya ketemu juga. Tetapi yang membuat keningku berkerut adalah handphone milik si ibu masih belum kelihatan. Ternyata
terbungkus di dalam plastik yang wow, dibuka satu, masih ada satu lagi, ehhh masih ada satu lagi,
walahhh sampai ada 3 plastik yang membungkus handphone tersebut.
Tersenyum, bingung and ingin tertawa aku jadinya. Baru kali ini aku melihat hal yang begitu aneh (paling tidak bagi diriku).
Bishan, seiring aku menaiki tangga eskalator, aku berpikir tentang kejadian tersebut. Hehe seperti Allah kita saja, 1 Allah 3
pribadi. Plastik-plastik tadi membuat aku berpikir bahwa seperti itulah hendaknya aku belajar untuk mengenal Allah-ku. Allah Tritunggal.
Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Bukan hanya mengenal Bapa yang digambarkan sebagai pribadi yang Adil,
bukan hanya mau mengenal Putra yang digambarkan oleh Yesus Kristus dengan
Kasih Sempurna seorang Sahabat, seorang Guru
kepada saudaraNya ataupun Roh Kudus yang digambarkan dengan Kasih yang Menyertai-ku
sampai akhir jaman.
Ya, sama seperti 3 penampakan Yesus sendiri.
Yang pertama, dimana Ia menunjukkan keadilannya (Sebagai
Bapa), tidak hanya menampakkan diri kepada Maria Magdalena tetapi Ia meminta supaya mereka memanggil semua rasul agar semua
mereka tahu bahwa Ia telah bangkit. Mungkin Yesus ngga mau dibilang pilih kasih hahaha.
Yang Kedua, Yesus menunjukkan sosok Yang Menyertai
(Sebagai Roh Kudus), sewaktu Ia menampakkan diri dalam perjalanan menuju Emaus. Ia menyertai Kleopas dan temannya sepanjang perjalanan
sampai akhirnya mereka sadar bahwa Ia-lah yang mereka bicarakan.
Yang Ketiga, Yesus menampakkan diri kepada semua murid,
Ia menunjukkan diri sebagai Putra, Sang Penyelamat dengan menunjukkan luka-lukanya kepada para
murid. Ya, murid-murid yang bukan untuk pertama kali melihat penampakkan Yesus tetapi tetap
tidak percaya bahwa Ia telah bangkit.
Setelah semua penampakkan inilah baru Yesus membuka pikiran semua rasul-rasulnya sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Luk 24:45)
Seperti plastik yang membungkus handphone tersebut, satu demi satu pribadi sang Ilahi perlu aku kenali. Tidak cukup bagi si ibu
dengan hanya membuka satu bungkus plastik untuk meraih handphonenya, tidak cukup pula bagiku hanya mengenal satu pribadi dari sang Ilahi.
Lalu kuingat temanku pernah berkata, Alkitab itu sebenarnya berisikan tentang 3 pribadi
sang Ilahi. Perjanjian Lama yang menunjukkan keadilan dan cinta Bapa, Diawal Perjanjian Baru menceritakan tentang Putra melalui sosok Yesus Kristus. Dan di Kitab Para Rasul menceritakan
karya-karya penginjilan para Rasul dengan kuasa Roh Kudus.
Yup, Alkitab merupakan 'bungkus plastik' yang harus aku geluti. Saatnya tiba bagiku untuk melanjutkan pengenalanku akan pribadi
sang Ilahi, saatnya baca alkitab nih.
Ciao. Moga-moga si Ibu sudah tau siapa yang mencoba menelpon dia tadi.
God Bless,
Kwang
kembali ke awal
|
|