1 Corinthians 1:27 "But God choose the foolish things of the worlds, that he might put to shame them that are wise; and the weak things of the worlds, that he might put to shame the things that are strong"


MY SHARING - RENUNGAN DAN CERITA

Dalam keseharian hidup ini, saya berusaha mencari kesederhanaan yang ditampilkan Tuhan dalam sesama saya ataupun dalam segala setuatu yang saya alami. Jatuh bangun, suka duka,sering saya tuangkan dalam bentuk renungan atau bacaan.

Tidak ada tujuan untuk memegahkan diri karena hanya DIA saja yang patut kita megahkan.

Semoga sharing dan renungan saya dapat memberi berkat bagi anda semua, seperti Ia telah memberkati saya.

Tuhan memberkati.


Judul Sharing/Renungan Tanggal Posting
Negative Come First, Or? 29 Agustus 2003
To Grow or Not To Grow 09 September 2003
Community Is 23 September 2003
Testify To Love 02 Oktober 2003
Simple Act of Love 17 Oktober 2003
Mirip dan Serupa 04 November 2003
Aku? Tak lain hanyalah debu 05 November 2003
Ulang Tahunku 10 November 2003
In Memoriam - Meli 14 November 2003
Aku Seorang Penyamun? 21 November 2003

1 2 3 4 5 6


NEGATIVE COME FIRST, OR?

Singapore, 29 Agustus 2003

Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu, maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu (Amsal 3:21-22)

Percaya atau tidak, kalau aku perhatikan diriku dan juga orang-orang disekitarku atau orang-orang yang kita kenal pada umumnya memiliki suatu kecenderungan yang sama. Suatu kecenderungan yang notabene bukan merupakan hal yang baik sebenarnya.

Yang aku ingin katakan adalah kecenderungan untuk memikirkan hal-hal negative terlebih dahulu dibandingkan yang positif or in English, negative come first. Ya, tenang saja, aku tidak salah ketik kok.

Sebagai contoh; salah satu sahabatku yang membagikan pengalamannya (contoh yang mewakili kita???), sebagai seorang mahasiswi dia sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya (ah I still remember all those days), dan untuk menambah uang sakunya, sama seperti anak-anak lain pada umumnya ia bekerja paruh waktu di salah satu restoran. Oh ya ia juga memiliki aktivitas lain, anggota suatu komunitas/persekutuan.

Suatu hari, ia mengalami kebuntuan yang luar biasa saat mengerjakan tugas sekolahnya, dan pada saat yang bersamaan, ia memiliki komitmen untuk hadir dalam pertemuan komunitasnya. Setelah bergumul lama, ia memilih untuk tidak hadir dalam pertemuan tersebut dan terjun ke dalam pertempuran melawan tugas-tugasnya yang notabene hampir mencapai dead line.

Pendek kata, tugas berhasil diselesaikan, dan ia bertemu dengan teman komunitasnya. Mereka bertanya mengapa tidak dapat hadir, dan ia menjelaskannya kepada mereka. Lalu temannya menlontarkan komentar yang katanya membuat dia kesal. Komentar yang mengatakan bahwa ia seharusnya lebih dapat membagi waktu lagi. Dan kemudian saat berdoa bersama, temannya mendoakan ia dengan memohon agar Tuhan memberikan rahmat kebijaksanaan baginya agar dapat membagi waktu lebih lagi.

And, the negative come first, ia kesal katanya. Mengatakan bahwa temannya menyindir dan malah mendoakan ia seakan akan ia benar benar seorang yang tidak dapat memenuhi janji atau komitmennya. Dan ia mengatakan bahwa ia menjadi malas bertemu dengan teman-temannya itu.

I am a little bit confuse, mengapa ia tidak melihat itu sebagai suatu yang positif, at least temannya care dan memperhatikan kebutuhannya. Dan mau menolong walau hanya sebatas doa. Doakan besar kuasanya. But I do know how she felt at that time.

Eh, wait apakah pikiran negative juga datang pada anda saat ini? Pikiran negative tentang sahabatku itu?

Contoh kedua yach diriku sendiri. Setelah aku sadari, tidak heran rasanya mengapa aku akhir-akhir ini sering terlibat perang mulut yang bodoh dengan pacarku. Mengapa?

Yach itu negative come first, setiap kali ia ingin menyampaikan isi perasaannya, (yang notabene biasanya berisikan cemburunya terhadap sikapku yang sering dekat dengan orang lain, kurang perhatiannya diriku kepadanya, dan juga tentu karena hubungan kami yang dekat tapi jauh. Maklum hubungan long distance) aku selalu menyela dan mengatakan bahwa ia terlalu menuntut sesuatu dari diriku. Tapi aku lupa kalau afterall relationship is not about "ME" right? It's about "US". Tapi ya itu, negative come first.

Contoh ketiga; moga-moga ngga bosan adalah diri kita masing-masing. Aku rasa kalau kita boleh jujur terhadap diri kita sendiri, entah berapa ratus, ribu, bahkan tak terhitung kali kita memiliki pikiran negative terhadap musuh, teman atau bahkan suami/istri or keluarga kita.

Saat seseorang mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan keputusan kita, pikiran itu datang dan bahkan kadang meraja. Saat seorang teman bersikap bodoh (bodoh menurut kita sih), pikiran itu datang kembali dan bahkan membuat kita bertindak lebih bodoh. Atau saat seseorang memang melakukan kesalahan dan pikiran itu datang dan menetap di dalam diri kita. Aneh tapi nyata. Mungkin hal ini harus diikutsertakan ke dalam acara Ripley - Believe it or not.

Semua ini membuat aku bertanya, why negative always come first? Apakah tidak ada sama sekali positive thinking dalam diri kita? Or pikiran positif tersebut ada tetapi selalu dikalahkan oleh si negative? Apakah ini merupakan trend jaman? Ataukah ini merupakan suatu cacat jiwa yang tidak terobati?

Tidak salah memang kalau Salomo bin Daud menuliskan nasihat-nasihatnya seperti yang tertulis dalam kitab Amsal. Mungkin ada saatnya pikiran positif dapat meraja di atas segala pikiran negative. Mungkin dengan mendengarkan nasihat Salomo, aku dapat memenangkan pertempuran ini.

Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan. (Amsal 5:1-2) Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar. (Amsal 14:17) Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar! (Amsal 5:21) (Dan masih nasihat lainnya)

Akhir kata, terlintas dalam pikiranku suatu alasan klise yang mungkin akan tetap terpakai abadi di dalam kehidupan ini. "Ah, kita kan cuma manusia biasa, lagi pula nobody is perfect".

Well indeed, nobody is perfect, but yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana aku mau berusaha mencapai ke-perfect-an itu, sama seperti Bapaku yang perfect. Negative should come first or should never come?

Yang berusaha ngga negatif,
Kwang


kembali ke awal



TO GROW OR NOT TO GROW?

Singapore, 9 September 2003

(I Pet 2:2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.

Tak henti-hentinya aku utarakan keterkejutan atas perubahan anak-anak di kampungku. Pertumbuhan jasmani yang demikian pesatnya membuat aku sulit mengenali mereka lagi.

Dua hari aku berlibur menjenguk orang tuaku, di kota kelahiranku, Palembang. Seiring aku berjalan sore mengelilingi jalan-jalan sempit di kampungku, banyak kutemui anak-anak yang rasanya sudah jauh lebih tinggi dan besar dari apa yang aku ingat. Anak-anak yang dulunya kecil dan lugu telah tumbuh dewasa menjadi remaja bahkan pemuda yang (haha) mungkin kelihatan lebih dewasa dari diriku ini.

Ya, kusadari mau tak mau aku harus menerima bahwa mereka telah tumbuh dewasa. Tidak bisa lagi aku goda atau aku bully hahaha. Ya, mau tidak mau kita harus bertumbuh secara jasmani. Suatu hal yang tidak dapat kita jauhi atau halangi.

Kita bertumbuh.

Jadi ingat iklan di televisi, "bajuku dulu tak begini, tapi kini tak cukup lagi. Ku besar, ku besar tambah tinggi, tubuhku kuat". Kurang lebih seperti itulah pesan yang ingin disampaikan oleh iklan tersebut.

Kita bertumbuh. Sejenak aku berpikir, bagaimana dengan kerohanianku?

Seperti tubuh jasmani ini, seharusnya kerohanianku juga bertumbuh. Tapi rasanya sulit bagi diriku ini untuk mengatakan "rohaniku tak kecil lagi, ku besar ku besar tambah tinggi, rohaniku kuat". Ya, sulit sekali, apalagi saat aku memandang cermin dan melihat kebobrokan diriku sendiri.

Mungkin tumbuhnya kerohanianku berbeda dengan tumbuhnya tubuh jasmaniku. Mau tidak mau jasmaniku tetap bertumbuh namun kerohanianku? Aku rasa terletak ditanganku (dan tentu saja juga campur tangan dan rahmat Tuhan).

Do I want to grow or not to grow? Of course the answer is I want to grow.

Ku baca pesan dari kitab
Ayub 8:11-14: "8:11 Dapatkah pandan bertumbuh tinggi, kalau tidak di rawa, atau mensiang bertumbuh subur, kalau tidak di air? 8:12 Sementara dalam pertumbuhan, sebelum waktunya disabit, layulah ia lebih dahulu dari pada rumput lain. 8:13 Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik, 8:14 yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba".

Dapatkah aku bertumbuh kalau aku tidak berada dalam payungan Bapaku? Dapatkah aku bertumbuh kalau aku tidak pernah menyelam di dalam air hidup Bapaku?

Seiring aku menuliskan tentang ini, suatu serangan perasaan munafik menghantui aku. Begitu banyak sharing yang aku bagikan dan celoteh yang aku tuliskan yang mengatakan bahwa aku harus bersekutu bersama dengan Tuhanku, tetapi nyatanya sampai sekarang aku tetap kewalahan untuk mengakui bahwa aku jauh dari Sang Wahyu.

Dalam kelemahanku, aku tau aku harus tetap berusaha berjalan dan menaruh pengharapanku, seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada umat di Efesus," tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala"
(Efesus 4:15)

Ya, berpegang teguh kepada kebenaran di dalam kasih dan bertumbuh di dalam segala sesuatu yang mengarah kepada Dia, Kristus yang adalah Kepala. Semoga aku benar-benar dapat bertumbuh dalam pengetahuan yang benar akan Allah seperti yang diharapkan para rasul dahulu dalam doa mereka yang tiada henti-hentinya untukku
(Kolose 1:9-11)

Ah, to grow or not to grow? Mudah untuk menjawab tetapi sulit untuk menjalaninya. Jesus, help me to grow… in You.

Rules for Holy Living (Kolose 3:1-11)

1Since, then, you have been raised with Christ, set your hearts on things above, where Christ is seated at the right hand of God. 2Set your minds on things above, not on earthly things. 3For you died, and your life is now hidden with Christ in God. 4When Christ, who is your[1] life, appears, then you also will appear with him in glory. 5Put to death, therefore, whatever belongs to your earthly nature: sexual immorality, impurity, lust, evil desires and greed, which is idolatry. 6Because of these, the wrath of God is coming.[2] 7You used to walk in these ways, in the life you once lived. 8But now you must rid yourselves of all such things as these: anger, rage, malice, slander, and filthy language from your lips. 9Do not lie to each other, since you have taken off your old self with its practices 10and have put on the new self, which is being renewed in knowledge in the image of its Creator. 11Here there is no Greek or Jew, circumcised or uncircumcised, barbarian, Scythian, slave or free, but Christ is all, and is in all.

Yang ingin terus bertumbuh,
Kwang

(II Pet 3:18) Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.

kembali ke awal



COMMUNITY IS ...

Singapore, 23 September 2003

Tanggal 13 September yang lalu aku dan teman-teman komunitasku merayakan hari ulang tahun kedua komunitas kami, Komunitas Tritunggal Mahakudus.

Jujur saja, sebenarnya aku tidak begitu tertarik untuk membagikan jalannya perayaan ulang tahun yang dimeriahkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Jusuf Halim tersebut. Entah mengapa. Hampir 2 minggu telah berlalu dan lucu, kerinduan untuk membagikan kasih tersebut baru hadir tadi malam saat aku selesai mendengarkan talk dari suster chaterina yang datang dari Boston, Amerika dalam rangka Rally Divine Mercy sebagai suatu penghormatan kepada Santa Faustina.

Begitu banyak pesan yang disampaikan suster tersebut melalui buku harian St. Faustina, santa pertama di tahun jubilee ini. Banyak pula pesan yang menyentuh hatiku, terutama pesan untuk tetap membagikan kasih walau aku sedang berada di dalam kegalauan hati dan kegelapan jiwa.

Sebab Tuhan sendiri adalah Kasih.

Aku jadi teringat akan karton besar yang aku pajang di dalam kamarku. Karton besar yang aku bawa pulang setelah perayaan ulang tahun kedua komunitasku. Karton besar yang berisikan tempelan-tempelan kartu ulang tahun, gambar, photo dan kreativitas seluruh anggota KTM Singapore sebagai wujud ungkapan kebahagiaan aku dan teman-temanku.

Ide ini datang dari Fenni (Pelayan Wilayah), ia meminta setiap dari kita membuat suatu karya apa saja yang mengungkapkan arti komunitas ktm bagi diri kita semua sebagai anggota.

Kasih inilah yang ingin aku bagikan kali ini, aku berdoa semoga kasih ini dapat membawa suatu berkat bagi kita semua baik yang tergabung dalam suatu komunitas ataupun tidak, after all kita sebagai seorang kristiani tentu adalah anggota komunitas sebab Tuhan kita sendiri adalah suatu komunitas; 1 Allah 3 Pribadi; Komunitas Bapa, Putra dan Roh Kudus.


KTM is My School and My Home (by Fenni)

Why My School? Karena banyak sekali yang aku dapat pelajari dalam komunitas ini, mulai dari bahan-bahan pengajaran, sharing dari teman-teman, aku dapat belajar mengerti akan orang lain, belajar bernyanyi, mengajar, memimpin pujian, menjadi seorang pelayan, dan sebagainya dan sebagainya. Ya, KTM is my school.

Then why My Home? And Not my house? Karena ada istilah yang mengatakan Home Sweet Home (Ngga ada house sweet house kan), disinilah keluargaku yang kedua, dimana aku dapat berbagi, dimana aku dapat mengasihi dan dikasihi, dimana aku tanpa ragu dapat meminta pertolongan disaat aku membutuhkan.

Nah, selain itu ada gambar pintu yang terbuka di satu sisi. Komunitasku ini terbuka untuk siapa saja, tetapi bukan terbuka sebebas-bebasnya. Sebab itu satu pintunya tertutup dalam arti aku tidak dapat sesuka hati keluar masuk di dalam rumahku ini. Seperti halnya sekolah, kalau bolos terus kan bisa di keluarkan dari sekolah.

Tetapi terlihat jendelanya terbuka lebar, dalam arti siapa saja yang tertarik untuk datang melihat pertemuan sel kita, silahkan, dan kita undang untuk bergabung. Satu hal penting, jendela terbuka lebar, jadi setiap saat orang dapat melihat kita, jadi kemanapun kita pergi kita sebagai anggota, membawa nama KTM, so aku harus berusaha menjaga nama tersebut dalam sikap dan perbuatan. Dan dalam pelayananku ciri khas ke-Katolik-an kita juga harus tetap di jaga.


Smiley Faces (by Me)


Aku melihat KTM sebagai satu keluarga, keluargaku di singapura ini. Di dalam suatu keluarga tentu ada suka dan duka. Nah aku pilih theme Smiley Faces, karena aku berharap dalam keluarga ini walaupun kita terdiri dari orang yang berbeda-beda latar belakang; beda hobby; ada yang suka bikin senyum sampai ada yang sukanya diam. Tapi biarlah semua ini jadi kekayaan keluarga ini.

Dan kita semua tetap selalu ingat bahwa dibalik suka duka perjalanan keluarga ini kita semua pernah dan semoga selalu dapat tersenyum, dalam suka dan duka sebagai satu keluarga.

Karena itu aku cari photo anggota KTM yang lagi tersenyum semua dan aku susun menjadi satu gambar yang memiliki latar belakang logo KTM. KTM sebagai keluarga besar dan KTM Singapore sebagai salah satu anggota dari keluarga besar tersebut.

Photo-photo tersebut diatur secara acak tidak berurutan per sel dengan tujuan agar setiap anggota yang melihat photo tersebut tidak hanya mengingat teman satu sel saja tetapi juga tetap memberikan perhatian yang sama terhadap anggota sel lain. Banyak anggota tetapi tetap satu tubuh.


KTM itu seperti Kebun (by Johannes Sujendro)

KTM adalah kebun, kebun yang dijaga dan disirami dengan kasih. Yang menyirami dan membuat bertumbuh adalah Tuhan dan bukan atas usaha kita sendiri. Seisi kebun bertumbuh seturut kehendak Tuhan sendiri. Dan Tuhan senang melihat semua bunga yang bertumbuh. Baik yang telah menghasilkan bunga ataupun yang masih berjuang.




KTM seperti sebuah Gelas (by Vivianty)

KTM bagaikan suatu gelas; Gelas yang bagus lho. Dan di dalam gelas tersebut ada bermacam-macam gambar kecil-kecil yang melambangkan pribadi dari setiap anggota sel.

Kita semua dimasukan ke dalam gelas tersebut dan sewaktu berada di dalam gelas mungkin akan terjadi gesekan-gesekan, pengenalan satu sama lain, macam-macam deh. Tetapi pada akhirnya saat semua itu teraduk menjadi satu, kita akan menjadi suatu minuman yang lezat, kita semua terbentuk seturut panggilan Tuhan atas kita.

Dan diatas gelas tersebut terdapat gambar sepasang kupu-kupu yang melambangkan kedua pelindung dari KTM (Nabi Elia dan Bunda Maria) yang akan tetap selalu melindungi kita semua.


Masih banyak lagi karya lainnya, tapi rasanya terlalu banyak untuk saya bagikan. Aku berdoa semoga kasih ini terus mengalir diantara kita semua.

So, Community is ___ (what do you think?)

In His Love,
Kwang

kembali ke awal



TESTIFY TO LOVE

Singapore, 02 Oktober 2003

Pagi ini saat aku sibuk mengecek emailku, aku tersentuh dengan salah satu email dari temanku di Amerika, demikian emailnya:

halo kwaang....,
uumm actually i'm not sure about this karena downloading mp3 is illegal. aku put di blog sebetulnya cuma untuk didenger.. and i dont really wish people to download it.. (kecuali lagu yang dibikin sama kita sendiri atau free music seperti ciptaan2nya bro iben) .. aku sendiri tarok di situh karena aku punya cd-nya.. and therefore aku punya copyrightnya.... aku sebetulnya pengen buat mp3 itu cuma untuk bisa didenger aja tanpa bisa didonlot,.. tapi ga ngerti gimana caranya..

(xxxx websites addressnya) sendiri punya mp3s banyak bangets di situ... and i kinda want to make it rather private.. and just use it untuk sharing file buat practice nyanyi. Thus aku rada kaget pas liat linknya nongol di mailing list hehe.... soalnya anggota KTM khan ada banyak sekali.

let me know what you think about it.. ok :)

thanks,
-truncated-


Sedikit terkejut, malu ditambah perasaan bersalah membuat aku cepat-cepat laksana kilat mengetik permohonan maafku kepada si empunya website yang aku post pada mailing list kemarin sore. Posting yang berisikan kata untuk mendownload lagu yang ada dalam alamat websitenya, tindakan yang aku lakukan karena terlalu excited untuk membagikan lagu-lagu yang ada didalam site tersebut.

Setelah meminta maaf, dengan cepat pula aku mengetik permohonan kepada seluruh anggota milist agar tidak mendownload lagu tersebut tetapi hanya mendengarkan online seperti yang diharapkan oleh si empunya website (ps: semoga semuanya mau merendahkan hati dan mengikuti kerinduan si empunya website).

Sebenarnya. aku kagum dengan niat tulus dari si empunya website untuk memperhatikan tentang hal copyright dari lagu-lagu tersebut. Mungkin jarang kita dapatkan di jaman sekarang kerinduan untuk taat pada hukum dalam hal ini, apalagi aku yang dibesarkan di kota Jakarta yang notabene penuh dengan segala sesuatu yang bajakan (dari cd - dvd, dan lain-lain, untung katanya sekarang sudah ada hukum yang mengaturnya).

Tuhan tidak melihat perbuatan tetapi melihat hati, demikian jawaban salah satu temanku yang terlanjur mendownload lagu tersebut. Well, itu benar sekali. Tetapi apa yang ingin aku tanyakan bukanlah tentang hal hati vs tindakan.

Tetapi sedalam apakah aku sudah terjebak dalam suatu pola pikir yang men-sah-kan segala sesuatu hanya karena itu menguntungkan aku? Beli VCD bajakan, well untung bagiku karena murah. CD bajakan atau copy CD sana-sini, enak memang murah tetapi apa betul apa yang aku lakukan?

Yah, terdengar klise dan kritis sekali. Atau mungkin ada yang mengatakan kalau aku terlalu sok suci? Or sok benar? Or sok taat? Kan kalau asli pasti mahal? Kan boros? Mengapa tidak beli saja yang bajakan? Kan membantu mereka yang jualan juga? Kan kasihan udah dagang tapi ngga dibeli? Kan nolong mereka yang kesusahan?

Aku berpikir, seperti lagu yang aku dengarkan dari site tersebut yang berjudul 'Testify To Love'. Apakah dengan melakukan hal-hal di atas tersebut aku sudah menjadi saksi akan kasih Tuhan? Or malah membuatNya terlihat menjadi seperti seorang pembajak juga?

Ku ingat saat Yesus ditanyakan tentang bea sebesar dua dirham (Mat 17:24-27), Yesus malah menyuruh Petrus pergi memancing dan ikan pertama yang ia dapatkan harus diberikan untuk membayar bea/pajak yang diwajibkan. Suatu ketaatan kepada pemerintah yang ada pada saat tersebut. Taat pada hukum yang ada.

Well, sulit memang untuk memberikan suatu jawaban atau tindakan nyata dalam hal-hal ini. Apalagi dunia disekelilingku sekarang ini, bahkan aku sendiri telah tenggelam dalam kenikmatan atau kemudahan akan hal-hal seperti ini. Entah kenikmatan yang membawa berkat atau malah membuat aku semakin sulit untuk melihat kebenaran yang ada.

Bercermin aku melihat hatiku, ku cari suatu jawaban di dalamnya. Sedalam apakah aku telah tenggelam? apakah aku sudah menjadi saksi dari tindakanku sendiri? Or aku masih terikat dengan kenikmatan yang aku nikmati sekarang ini?

Am I testifying the Love through my obedience to the Law? Or?

Testify To Love <- Lagunya menyentuh saya dalam sekali

All the colors of the rainbow
All the voices of the wind
Every dream that reaches out
That reaches out to find where love begins
Every word of every story
Every star in every sky
Every corner of creation lives to testify


Chorus:
For as long as I shall live
I will testify to love
I'll be a witness in the silences when words are not enough
WIth every breath I take
I will give thanks to God above
For as long as I shall live
I will testify to love



From the mountains to the valleys
From the rivers to the sea
Every hand that reaches out
Every hand that reaches out to offer peace (Hand of peace, ohh)
Every simple act of mercy
Every step to Kingdom come
All the hope in every heart will speak what love has done.


Yang mau belajar testify,
Kwang

kembali ke awal



SIMPLE ACT OF LOVE

Singapore, 17 Oktober 2003

Mat 25:40
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Aku teringat cerita kasih dari salah satu email yang pernah temanku kirimkan kepadaku. Suatu cerita tentang tindakan kasih yang sederhana dari seorang anak muda terhadap teman sekolahnya. Kalau tidak salah, dia mengucapkan kata 'hai' lalu mereka berkenalan.

Dan setelah berteman cukup lama, sang teman menceritakan kalau ia sangat berterima kasih atas ucapan 'Hai' tersebut. Sebab pada hari dimana mereka berkenalan, sang teman merencanakan untuk bunuh diri karena tidak dapat lagi bertahan dalam cobaan hidup yang ia alami.

Simple act of love, tapi memberikan suatu dampak yang luar biasa.

Cerita di atas melintas di dalam pikiranku saat tayangan True Courage di televisi berakhir. Suatu tayangan yang menceritakan kisah-kisah nyata peristiwa di singapura. Tadi malam serial tersebut menceritakan tentang seorang wanita yang berwajah cantik, tenar, tetapi hidupnya hancur karena salah seorang pria yang tertarik pada dirinya mencoba membunuh wanita tersebut karena ia merasa di tolak.

Pada suatu pagi, sang pria mendatangi rumah si cantik. Dengan berpura-pura sakit perut dia berhasil masuk ke dalam rumah dan peristiwa menakutkan itu terjadi. Tiba tiba sang pria memukul kepala si cantik dan meraih pisau dapur kemudian menoreh noreh muka mulus rupawan yang tak berdaya. Belum lengkap rasanya penderitaan itu, sang pria kemudian menyiram wajah tersebut dengan air mendidih. Dan kemudian dia lari.

Wajah yang cantik seketika berubah menjadi wajah yang hmm tak terungkapkan. Tak heran saat si cantik berusaha membunuh dirinya saat pertama kali ia melihat rupanya di cermin rumah sakit bahkan putranya yang berumur 7 th menolak mendekati ia saat pertama kali bertemu dengannya.

But again, a simple act of love gives a hope. And a hope gives life.

Satu suster yang tergerak akan kasih mengajak teman gerejanya untuk dapat menjenguk si cantik (Aku tetap menganggap dia cantik, tetapi bukan lagi wajahnya yang cantik tetapi hati dan kekuatannya untuk bertahan hidup). Si cantik tersentuh dengan kasih si suster dan teman temannya, kasih yang menerima ia dengan apa adanya. Mereka bernyanyi dan berdoa bersama.

Dari simple act of love tersebut, si cantik kemudian menemukan suatu pengharapan baru. Walau jalan yang berliku dan kesedihan yang terus mencoba untuk merengut hidupnya. Lirikan ketakutan dari anak-anak yang melihat wajahnya, serta pandangan kasihan dari orang orang sekelilingnya. Si cantik mampu berdiri teguh dan berjalan dalam pencobaan hidupnya.

She is a stayer indeed (seperti yang aku sharingkan dalam quitter or stayer).

Sekarang si cantik bergabung dalam suatu ministry yang melayani mereka yang memiliki masalah dalam kehidupan. Berkeliling dunia menceritakan kisah pengalaman hidupnya dan bagaimana kita semua dapat menanggulangi masalah-masalah tersebut.

Prinsip si cantik yang menyentuh hatiku adalah
setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, dan biarkan Tuhan turut bekerja di dalamnya. Dan juga janganlah kita memandang remeh diri kita sendiri dan mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Setiap pribadi adalah anugrah dan setiap pribadi adalah suatu keunikan ciptaan Tuhan yang di dalamnya terdapat suatu talenta dan kekuatan yang berbeda-beda.

Tersenyum aku seiring berakhirnya cerita tersebut, akhir suatu cerita hidup yang mungkin tidak seindah cerita cinta serial jepang ataupun korea. Wajah cantik rusak bagaikan bejana terbelah. Tetapi jiwa yang baru tercipta bagaikan pelangi yang indah berwarna. Ya, semua itu karena anugerah Tuhan yang kuasa. Karena tindakan kasih yang sederhana.

Are you ready to share that simple thing? that Simple act of love?

God Bless,
Kwang.

kembali ke awal



MIRIP dan SERUPA

Singapore, 04 November 2003

Beberapa waktu lalu, di suatu pagi dalam perjalanan menuju ke kantor aku dikejutkan oleh seorang sosok gadis yang duduk sambil mengobrol dengan teman-temannya. Saat itu aku dengan santai berdiri di dalam kereta dan tiba-tiba aku mendengar suatu percakapan berbahasa Indonesia.

Refleks aku menoleh dan memandang ke arah suara yang datang, maklum itulah yang biasa kita lakukan sebagai orang Indonesia bukan? Mencari teman sesama orang Indonesia di negeri tempat kita merantau.

Sejenak kulihat wajah si gadis, yaiksssss, hampir saja aku melonjak kaget, wajahnya mirip sekali dengan wajah pacarku yang ada di Indonesia. Ku pandang dengan perasaan heran, wah setahuku doski ngga punya saudari wanita lain diluar sepengetahuanku.

Waktu berlalu, si gadis sudah terlupakan dari kekagetanku, sampai hari jumat lalu saat hari pertama retret dimulai. Sibuk aku menyiapkan retret tiba-tiba sosok si mirip itu muncul di depan pintu. Bukan hanya aku yang kaget tetapi Beberapa temanku bahkan terkejut memandang si mirip.

Bahkan ada temanku yang berpikir kalau pacarku diam-diam datang menjengukku. Tetapi ternyata semuanya salah, si mirip hanyalah si mirip bukan pacarku.

Kembali aku tersenyum saat aku mengingat kejadian tersebut.

Mirip memang, tetapi tidaklah sama
Mirip memang, tetapi tetap saja dua pribadi yang berbeda.

Aku jadi teringat dengan Kitab
Roma 8:29,"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi sulung diantara banyak saudara."

Aku yang dipilih (
Yoh 15:16) olehNYa untuk menjadi bagian dari umatNya, hambaNya memiliki suatu masa depan yang diharapkan dapat menjadi serupa dengan Dia yang memilih diriku. Ya, aku bukan hanya ditentukan untuk menjadi mirip dengan Dia bahkan aku ditentukan olehNya untuk menjadi serupa dengan Dia.

Suatu harapan yang rasanya sulit sekali untuk aku pegang, suatu masa depan yang rasanya sulit sekali aku capai.

Tapi Dia tau kalau tidak mudah bagiku untuk terus berharap dan berusaha karenanya Dia mengingatkan aku juga bahwa: (
Roma 12:2) "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna".

II Korintus 3:17-18 mengatakan "Sebab Tuhan adalah Roh dan dimana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan. Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya dalam kemuliaan yang semakin besar.

Aku tersenyum, ternyata mulia sekali panggilanku sebagai anakNya. Mencerminkan kemuliaanNya dalam tingkahlaku dan tuturkata, mencerminkan gambar dan rupa Allah dari sikap hidup keseharianku. Menjadi serupa dengan Allah yang hidup yang berdiri dihadapanku.

Baru saja aku mendapat kabar si mirip akan pulang ke Indonesia for good. Maklum sang suami tercinta ternyata ada di Indonesia (so guys, ngga usah takut lagi kan, maklum banyak yang takut aku menyamakan dia dengan pacarku hahaha).

Tetapi harapan dan tujuan hidupku tidaklah berubah. Menjadi serupa denganNya, dalam tuturkata, sikap dan tingkah laku, dalam iman dan kasih.

Menjadi serupa dengan Dia, bukan hanya mirip saja. Mirip di luar tetapi lain di dalamnya. You know what I mean.

Yang mau banget agar bisa jadi serupa,
Kwang.

kembali ke awal



AKU? TAK LAIN HANYALAH DEBU

Singapore, 05 November 2003

Kemarin sore, saat aku hendak berkemas pulang ke rumah tiba-tiba seorang temanku menelpon dan mengajak aku untuk mengunjungi salah satu pasien yang sakit. Seorang teman dari Jakarta yang menderita sakit cukup lama dan terbaring di unit gawat darurat dengan keadaan tidak berdaya. Sakit Lupus kata dokternya.

Sebenarnya sudah beberapa kali diantara kami menjenguk dia dan keluarganya. Hubungan yang hanya sekedar kenal menjadi demikian akrabnya, mungkin karena setiap dari kami ingin membantu meringankan beban keluarganya walau hanya sekedar mampir dan ngobrol seadanya. Ya, kata orang walau hanya kehadiran saja itu kadang itu sudah cukup lagi pula kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan.

Pukul 19.30 aku dan teman-temanku sampai di rumah sakit. Setelah sempat kecewa dengan rumitnya prosedur mendapatkan ijin masuk ke ruangan gawat darurat, akhirnya kami berhasil naik dan bertemu dengan keluarga teman kami tersebut.

Terenyuh juga hatiku melihat si tante menangis sambil memegang anaknya yang sakit. Serta wajah lelah dari kakak dan ayahnya yang mungkin sudah tak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan. Setelah beberapa saat aku dan temanku masuk ke dalam ruangan, ku tatap wajah polos di atas ranjang yang putih, wajah yang begitu ceria saat aku menjenguknya beberapa minggu lalu, wajah yang dengan semangat membahas soal makanan saat kami melihat acara televisi di dalam kamar rumah sakit sebelum kondisinya yang tiba-tiba menurun secara drastis.

Wajah polos yang tertidur, wajah yang ternoda oleh kabel-kabel yang masuk dari mulut dan hidung dan beberapa bagian dari tubuhnya. Lagi cuci darah kata tantenya.

Saat aku menghampiri si tante, tiba-tiba aku kehilangan kata. Begitu juga teman-temanku di sana, seharusnya kami berusaha menghibur, tetapi apa daya, tiba-tiba kami terdiam seribu basa sambil berdiri menatap mata si tante yang sembab karena menangis entah berapa lama.

Ah, ku tanyakan Tuhan apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus kami lakukan?

Si tante tiba tiba berkata,"Tante tau tante harus tegar, tapi tante sudah tidak tahan. Apalagi saat tidak bisa memberikan apa yang anak tante mau. Dia mau pulang, sudah bosan dan sakit sekali katanya". Dia rindu pulang ke Jakarta katanya". Dan ia menangis.

Ah, entah apa yang harus aku lakukan. Ku tahu sejak kemarin pagi jam 3, salah satu temanku menemani mereka saat si tante panik dengan kondisi anaknya yang kembali menurun. Bahkan ia sampai harus cuti kemarin karena sesampai malam itu ia masih menemani mereka (salut buat Elren).

Aku rasa, mungkin hanya itu yang bisa kami lakukan. Menemani keluarga mereka, terutama kedua orang tuanya. Ya, hanya itu saja. Tetapi aku tahu, Yesus ada di sana saat kami berdoa. Ah, hidup itu sungguh berharga. Kejadian-kejadian yang aku alami selama ini membuat aku bertanya, sejauh apa aku menghargai hidupku, sejauh apa aku menghargai berkat yang Tuhan berikan kepadaku dan keluargaku? Sejauh apa aku dapat mencintai Tuhan jikalau aku yang menjadi mereka.

"Tante tetap bersyukur kepada Tuhan, selama 2.5 tahun ini bahwa tante masih bisa punya keluarga ini, masih bisa liat kasih dan kuasa Tuhan". Dua setengah tahun lama perawatan yang telah dilakukan. Ah, kembali aku terdiam. Dapatkah aku berkata seperti demikian jikalau aku yang menjadi mereka?

Sore ini, kami akan kembali menjenguk mereka. Walau tak tahu apa yang harus kami lakukan selain berdoa dan berharap. Semoga saja dengan kehadiran kami di sana si tante dapat mendapatkan kekuatan yang berasal dari Tuhan. Semoga saja kasih Tuhan terus mengalir melalui setiap wajah-wajah yang datang menjenguk dan menemani si tante.

Aku percaya Tuhan tahu apa yang mereka butuhkan. Aku percaya semua akan indah pada waktuNya. Aku percaya bahwa Ia tidak pernah meninggalkan anak-anakNya.

Aku percaya, dan aku akan tetap bermazmur bagi Dia:

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
aku tidak takut bahaya,
Sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu,
itulah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku;
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku;
Dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa
.


Hmm, Dapat sms lagi, disuruh doakan pasien lain yang juga mau operasi, pasien yang tidak bisa jalan, dan yang meninggal. Ah Tuhan, betapa kami hanyalah manusia lemah yang berasal dari debu tanah.

Semoga aku dapat terus mengingat bahwa AKU BUTUH ENGKAU. Ya, semoga aku dapat terus menghargai setiap detik dari hidupku ini.

Salut buat tante-tante yang lagi jenguk pasien-pasien lain sekarang ini saat aku mengetik sharing ini. Tuhan memberkati pelayanan kasih anda semua.

Yang belajar untuk terus berharap,
Kwang.

kembali ke awal



ULANG TAHUNKU

Singapore, 10 November 2003

Jumat, 7 november 2003. Ku pandang jam dinding yang tergantung tepat di atas tempat tidurku, jam 11.45 pm, saat handphoneku berbunyi. Ternyata dari sang kekasih hati yang jauh di ambon. Selamat ulang tahun katanya. Tak lama setelah aku menyelesaikan pembicaraan dengan elsye, pacarku tiba-tiba sebuah sms yang berbunyi selamat ulang tahun dari temanku. Tak lama aku tertidur.

Sabtu, 8 november 2003. Terbangun aku dari tidurku dan dengan singkat aku panjatkan syukur kepada Tuhan atas pagi itu. Satu hari, atau tepatnya satu tahun sudah diberikan padaku. Aku katakan pada diriku, hari ini aku harus berkarya. Bangun, lalu aku mulai membersihkan rumahku serta kamarku.

Sepanjang aku bekerja membersihkan rumah, tak henti-hentinya handphoneku berdering, baik sms ataupun incoming call. Bahkan lucunya, ada Beberapa nomor handphone yang mengirimkan sms tapi aku tidak tahu siapa yang mengirimkannya. Setelah bolak balik bertanya ternyata banyak dari teman-temanku (yang di indo ataupun tante-tante di Singapore) yang nomornya tidak aku simpan.

Tak lama, rapi sudah rumahku. Mandi, aku duduk dikamarku dan tersenyum. Tahun ini rasanya tahun yang indah. Tahun dimana ku menerima ucapan selamat ulang tahun terbanyak dari semua tahun tahun yang pernah aku lewati. Dari keluarga, pacar, teman-teman semuanya.

Tahun dimana aku benar benar tidak merasa bahwa aku hanya seorang diri saja di Singapore ini. Tahun dimana aku merasa bahwa Tuhan benar benar menjagaku. Tak salah saat Yesus mengatakan bahwa Ia tidak akan meninggalkan diriku. Yup, Ia bersamaku.

Aku juga mendapatkan kue ulang tahun dari salah satu tante yang anaknya beberapakali aku kunjungi di rumah sakit. Ada tante yang memasakan mie goreng yang hmm enak sekali. Maklum bagaimanapun kultur Chinese tetap tercantum, harus makan mie saat hari ulang tahun begitu kata si tante. Sama halnya dengan ibuku.

Belum lengkap sukacitaku, Tuhan tambahkan dengan terpilihnya Pelayan dan Wakil Pelayan Wilayah Komunitasku yang baru saat kami berdoa bersama sore itu. Ditambahkan seakan-akan temanku mengerti keinginanku, mereka menghadiahkan aku sebuah alat pewangi ruangan disertai cairannya. Maklum bebrapa hari lalu saat pulang ke Indonesia, aku berniat membeli alat tersebut guna mencoba untuk mengatasi morning flu yang harus selalu aku perangi setiap pagi.

Tuhan memang baik, melalui temanku, Ia menghadiahkan aku alat tersebut hahaha senang rasanya. Pagi ini, saat tiba dikantor, aku disuguhkan dengan email-email ucapan selamat ulang tahun. Hari ulang tahun yang biasanya aku anggap sebagai satu hari biasa saja, just like any other day menjadi berkesan sekali.

Thanks buat semuanya, you made me realize that hari ulang tahun itu sebenarnya bukan hari yang sama dengan hari hari lainnya. Tetapi hari dimana Tuhan ingatkan kepadaku bahwa 1 tahun sudah aku diberikan nafas hidup. Hari dimana aku harus bertanya kepada diriku, apa yang sudah aku berikan bagi Tuhan dan sesama? Bagi orang yang aku kasihi dan cintai. Bagi keluargaku dan teman-temanku.

Jadi ingat lagu New Kids on The Block yang berjudul Happy Birthday, salah satu liriknya berbunyi begini: Age is just a number don't you stop having fun. Aku ubah menjadi Age is just a number, don't you stop serving God.

Yang berulang tahun,
Kwang

kembali ke awal



IN MEMORIAM - MELI

Singapore, 14 November 2003

Rumah sakit NUH, kira-kira 1 bulan yang lalu. Masih kuingat wajah polos serta pipi montok yang menggemaskan saat pertama kali aku bertemu dengannya. Meli, katanya setelah ia menyambut uluran tanganku.

Meli, seorang gadis yang muda berumur 19 tahun. Aku kenal ia dari salah satu temanku yang mengajak aku untuk mengunjungi mereka sekeluarga. Meli dan keluarga yang datang dari Jakarta untuk mengobati penyakit lupus yang telah dideritanya kira-kira sekitar 2 tahun.

Senang sekali hatiku saat mendengar kesaksian dari ibunya yang begitu menggebu-gebu menceritakan bagaimana Tuhan menjaga dan merawat Meli, juga mereka sekeluarga sampai keadaan Meli yang saat itu aku lihat. Saat dimana masih kuingat sosok lugu yang menggemaskan tersebut sibuk membesarkan volume suara televisi dan berdiskusi denganku tentang makanan apa yang disajikan oleh para koki jepang dalam suatu acara televisi.

Ya, kira-kira 1 bulan yang lalu.

Kemarin pagi, saat aku membaca email dari temanku yang mengatakan bahwa Meli sedang dalam keadaan koma. Tiba-tiba aku merasakan saatnya telah tiba. Entah mengapa. Dan 10 menit kemudian handphoneku berbunyi menyampaikan berita bahwa ia telah pergi untuk selamanya.

Salah satu temanku langsung meminta ijin dari kantornya dan menuju ke rumah sakit (Elren, you are the best) lalu membantu keluarganya mengatur segala sesuatu. Jasad Meli akan dibawa pulang ke Jakarta besok pagi katanya (hari ini). Entah mengapa, aku merasa bahwa ini yang terbaik bagi Meli.

Meluncur MRT yang aku tumpangi dengan beberapa temanku menuju Buona Vista. Setelah bergelut mencari taxi, akhirnya kami sampai di tempat yang mereka tempati. Ramai sudah di dalam kamar losmen tersebut. Ku lihat wajah-wajah teman-temanku yang lain. Teman-teman yang Tuhan tempatkan untuk menghibur keluarga yang baru Meli tinggalkan. Malaikat-malaikat kecil nan sederhana yang hanya dapat tersenyum simpul menatap wajah satu dengan yang lain sementara sang ibu terlihat lelah yang aku tahu tak lain karena lelah menangis.

Si Tante menghampiriku dan berkata,"Tante sudah berusaha sekuat tenaga dan tetap berdiri sekarang", disertai senyum simpul yang memancarkan kepedihan yang tidak pernah aku rasakan. Lalu kami berdoa bersama, aku rasa karena hanya itu yang bisa kami lakukan untuk keluarga ini.

Semua kejadian ini membuat aku tak henti-hentinya bernyanyi semalam. Aku tak tahu apa yang harus aku ucapkan lagi kepada Tuhanku. Hanya terima kasih, permohonan dan ungkapan syukur atas segalanya. Aku katakan pada Tuhan, aku tidak tahu apakah yang kami lakukan tersebut dapat membantu mereka. Tetapi aku percaya bahwa Engkau yang akan membuat semuanya menjadi indah.

Kunyanyikan kembali lagu yang kami nyanyikan bersama di sana:
"
Tangan Tuhan sedang merenda, suatu karya yang agung mulia.
SaatNya kan tiba nanti, kau lihat pelangi kasihNya
"

Aku berdoa, semoga keluarga tersebut benar-benar dapat melihat pelangi kasihNya walau sedang dalam kependihan yang luar biasa. Aku tahu kalau mudah bagiku mengatakan semuanya itu karena bukan aku yang menjalaninya.

Aku tahu, seperti lagu yang si tante minta, lagu kesukaan Meli katanya.

Ku mau cinta Yesus, selamanya, ku mau cinta Yesus selamanya.
Meskipun badai silih berganti dalam hidupku, ku tetap cinta Yesus selamanya
.

Ya, aku tahu, kami semua akan tetap cinta Yesus selamanya.

Karena dibalik semuanya ini aku percaya, semua akan indah pada waktuNya. Meli telah pergi, hidupnya bukan dimusnahkan tetapi ia telah memulai suatu hidup yang baru, hidup yang kekal.

Dan juga aku secara pribadi bersyukur kepada Tuhan atas semua teman-temanku. Teman Komunitas Tritunggal Mahakudus dan teman lainnya yang bersama-sama berbagi waktu dan kasih bagi keluarga yang ditinggalkan ini.

Keep the spirit burning guys. Tuhan telah menggerakan kita semua dan mengajar kita semua melalui peristiwa itu.

"Allah hidup, dan aku berdiri dihadapanNya"

In Memoriam - Meli.

God Bless,
Kwang

kembali ke awal



AKU SEORANG PENYAMUN?

Singapore, 21 November 2003

Read:
Matius 21:1-22

Aku rasa boleh dibilang aku ini adalah seorang penyamun.

Dalam film-film jaman dahulu biasanya sosok penyamun digambarkan dengan sosok yang garang, berjanggut atau berewokan, berbadan kekar dan bertato. Ya, sosok yang melambangkan suatu kekerasan dan ketidak-tertiban. Tapi dalam film-film jaman sekarang, rasanya sedikit berubah. Banyak film-film menggambarkan sosok elite dan cool, rapi dan pendiam malahan menjadi mafia atau teroris. Ya, bagi mereka yang suka nonton film pasti mengerti apa yang aku maksudkan.

Karena itulah aku merasa kalau aku ini seorang penyamun, seorang penyamun jaman sekarang. Bukan lagi bersosok garang, berewokan dan bertato. Tapi malah berwajah tenang, rambut rapi dan tanpa tato. Aku penyamun jaman sekarang.

Aku berani berkata demikian sesaat setelah aku membaca apa yang dikatakan oleh Yesus saat Ia mengusir semua pedagang di dalam Bait Allah.

"Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun" (
Luk 19:46).

Aku pikir para pedagang tersebut tentu bingung tujuh keliling dan marah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati di jungkir balikkan oleh Yesus. Padahal apa yang mereka lakukan merupakan suatu hal yang mereka rasa benar dan sudah menjadi kebiasaan dalam hidup mereka sehari-hari.

Bahkan Iman-imam kepala dan para ahli taurat yang jaman itu dianggap sebagai orang religius juga murka yang berarti mereka sudah biasa akan perdagangan atau pelayanan di dalam Bait Allah tersebut.

Makanya saat aku bandingkan Bait Allah tersebut dengan diriku, yang juga adalah Bait Allah, membuat aku merasa seperti seorang penyamun saja. Tidak tahukah aku, bahwa tubuhku adalah bait Roh Kudus yang diam di dalamku, Roh Kudus yang aku peroleh dari Allah dan bahwa aku bukan milikku sendiri? (
I Kor 6:19)

Rasanya tidak pantas jika aku tuliskan dalam sharing ini segala karya tanganku yang membuat diriku ini layak untuk dijungkir balikkan. Malu juga rasanya. Mungkin yang bisa aku lakukan hanya berdiri dihadapan cermin kamarku dan melihat wajah sang penyamun.

Ah, aku hanya bisa berdoa dan berusaha agar aku tidak menjadi seperti pohon ara yang sekonyong-konyong kering saat Yesus menemukan aku tidak berbuah.

Mungkin masa advent yang sebentar lagi datang ini merupakan anugrah dari Tuhan bagiku untuk mempersiapkan diriku. Jangan menunggu sampai Dia menjungkir balikan diriku, tapi aku rasa ada baiknya aku sendiri terlebih dahulu menjungkir balikan diriku. Menata rapi sesudahnya itu dan saat Yesus datang nanti, saat Ia masuk ke dalam baitNya ini bukan murka yang bangkit dari dalam diriNya tetapi senyum yang indah selaksa pelangi dari dalam surga.

Adventus yang berarti DATANG (
The Lord's coming) merupakan saat terindah yang disediakan gereja bagi seorang penyamun seperti diriku. Rasanya sudah saatnya juga aku bangun dari tidurku, hari sudah hampir siang (Roma 13:11-14).

Dan sajakpun mulai mengalun:
Saatnya bangun wahai penyamun, kebaskan debu yang semakin membuat ngeri,
Jangan biarkan sakitmu mengikat diri, hanya karena egomu yang ngelantur.
Saatnya bangun wahai penyamun, kikis dakimu yang semakin meninggi
Jangan biarkan malasmu mengikat nurani, membuat sesama mundur teratur.

Sang Penyamun (yang mau dijungkir balikkan),
Kwang.

kembali ke awal




About Me
My Prayer Group
My Community
My Sharing
My Photo's
Sign Guestbook
View Guestbook