|
|
MY SHARING - RENUNGAN DAN CERITA
Dalam keseharian hidup ini, saya berusaha mencari kesederhanaan yang ditampilkan Tuhan dalam sesama saya ataupun dalam segala setuatu
yang saya alami. Jatuh bangun, suka duka,sering saya tuangkan dalam bentuk renungan atau bacaan.
Tidak ada tujuan untuk memegahkan diri karena hanya DIA saja yang patut kita megahkan.
Semoga sharing dan renungan saya dapat memberi berkat bagi anda semua, seperti Ia telah memberkati saya.
Tuhan memberkati.
NEGATIVE COME FIRST, OR?
Singapore, 29 Agustus 2003
Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan
itu menjauh dari matamu, peliharalah itu,
maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu (Amsal 3:21-22)
Percaya atau tidak, kalau aku perhatikan diriku dan juga orang-orang disekitarku atau orang-orang yang kita kenal pada umumnya
memiliki suatu kecenderungan yang sama. Suatu kecenderungan yang notabene bukan merupakan hal yang baik sebenarnya.
Yang aku ingin katakan adalah kecenderungan untuk memikirkan hal-hal negative terlebih dahulu dibandingkan yang positif or in English,
negative come first. Ya, tenang saja, aku tidak salah ketik kok.
Sebagai contoh; salah satu sahabatku yang membagikan pengalamannya (contoh yang mewakili
kita???), sebagai seorang mahasiswi dia sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya (ah I still
remember all those days), dan untuk menambah uang sakunya, sama seperti anak-anak lain
pada umumnya ia bekerja paruh waktu di salah satu restoran. Oh ya ia juga memiliki aktivitas
lain, anggota suatu komunitas/persekutuan.
Suatu hari, ia mengalami kebuntuan yang luar biasa saat mengerjakan tugas sekolahnya, dan pada saat yang bersamaan, ia memiliki
komitmen untuk hadir dalam pertemuan komunitasnya. Setelah bergumul lama, ia memilih untuk tidak
hadir dalam pertemuan tersebut dan terjun ke dalam pertempuran melawan tugas-tugasnya yang notabene hampir mencapai dead
line.
Pendek kata, tugas berhasil diselesaikan, dan ia bertemu dengan teman komunitasnya. Mereka bertanya mengapa tidak dapat hadir,
dan ia menjelaskannya kepada mereka. Lalu temannya menlontarkan komentar yang katanya
membuat dia kesal. Komentar yang mengatakan bahwa ia seharusnya lebih dapat membagi waktu lagi. Dan kemudian saat berdoa bersama,
temannya mendoakan ia dengan memohon agar Tuhan memberikan rahmat kebijaksanaan baginya agar dapat
membagi waktu lebih lagi.
And, the negative come first, ia kesal katanya. Mengatakan bahwa temannya menyindir dan malah
mendoakan ia seakan akan ia benar benar seorang yang tidak dapat memenuhi janji atau komitmennya.
Dan ia mengatakan bahwa ia menjadi malas bertemu dengan teman-temannya itu.
I am a little bit confuse, mengapa ia tidak melihat itu sebagai suatu yang positif, at
least temannya care dan memperhatikan kebutuhannya. Dan mau menolong walau hanya sebatas doa.
Doakan besar kuasanya. But I do know how she felt at that time.
Eh, wait apakah pikiran negative juga datang pada anda saat ini? Pikiran negative tentang
sahabatku itu?
Contoh kedua yach diriku sendiri. Setelah aku sadari, tidak heran rasanya mengapa aku akhir-akhir ini sering terlibat perang
mulut yang bodoh dengan pacarku. Mengapa?
Yach itu negative come first, setiap kali ia ingin menyampaikan isi perasaannya, (yang notabene biasanya berisikan cemburunya
terhadap sikapku yang sering dekat dengan orang lain, kurang perhatiannya diriku kepadanya,
dan juga tentu karena hubungan kami yang dekat tapi jauh. Maklum hubungan long distance)
aku selalu menyela dan mengatakan bahwa ia terlalu menuntut sesuatu dari diriku. Tapi
aku lupa kalau afterall relationship is not about "ME" right? It's about "US".
Tapi ya itu, negative come first.
Contoh ketiga; moga-moga ngga bosan adalah diri kita masing-masing. Aku rasa kalau kita
boleh jujur terhadap diri kita sendiri, entah berapa ratus, ribu, bahkan tak terhitung kali kita memiliki pikiran negative
terhadap musuh, teman atau bahkan suami/istri or keluarga kita.
Saat seseorang mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan keputusan kita, pikiran itu
datang dan bahkan kadang meraja. Saat seorang teman bersikap bodoh (bodoh menurut kita
sih), pikiran itu datang kembali dan bahkan membuat kita bertindak lebih bodoh. Atau
saat seseorang memang melakukan kesalahan dan pikiran itu datang dan menetap di dalam diri kita. Aneh tapi nyata. Mungkin
hal ini harus diikutsertakan ke dalam acara Ripley - Believe it or not.
Semua ini membuat aku bertanya, why negative always come first? Apakah tidak ada sama
sekali positive thinking dalam diri kita? Or pikiran positif tersebut ada tetapi selalu
dikalahkan oleh si negative? Apakah ini merupakan trend jaman? Ataukah ini merupakan suatu
cacat jiwa yang tidak terobati?
Tidak salah memang kalau Salomo bin Daud menuliskan nasihat-nasihatnya seperti yang
tertulis dalam kitab Amsal. Mungkin ada saatnya pikiran positif dapat meraja di atas segala
pikiran negative. Mungkin dengan mendengarkan nasihat Salomo, aku dapat memenangkan pertempuran ini.
Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah
telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan,
supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan
dan bibirmu memelihara pengetahuan. (Amsal 5:1-2) Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi
orang yang bijaksana, bersabar. (Amsal 14:17) Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana,
yang menganggap dirinya pintar! (Amsal 5:21) (Dan masih nasihat lainnya)
Akhir kata, terlintas dalam pikiranku suatu
alasan klise yang mungkin akan tetap terpakai
abadi di dalam kehidupan ini. "Ah, kita
kan cuma manusia biasa, lagi pula nobody
is perfect".
Well indeed, nobody is perfect, but yang
menjadi pertanyaan adalah sejauh mana aku
mau berusaha mencapai ke-perfect-an itu,
sama seperti Bapaku yang perfect. Negative
should come first or should never come?
Yang berusaha ngga negatif,
Kwang
kembali ke awal
TO GROW OR NOT TO GROW?
Singapore, 9 September 2003
(I Pet 2:2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir,
yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.
Tak henti-hentinya aku utarakan keterkejutan atas perubahan anak-anak di kampungku.
Pertumbuhan jasmani yang demikian pesatnya membuat aku sulit mengenali mereka lagi.
Dua hari aku berlibur menjenguk orang tuaku, di kota kelahiranku, Palembang. Seiring aku
berjalan sore mengelilingi jalan-jalan sempit di kampungku, banyak kutemui anak-anak yang rasanya sudah jauh lebih tinggi dan
besar dari apa yang aku ingat. Anak-anak yang dulunya kecil dan lugu telah tumbuh dewasa menjadi
remaja bahkan pemuda yang (haha) mungkin kelihatan lebih dewasa dari diriku ini.
Ya, kusadari mau tak mau aku harus menerima bahwa mereka telah tumbuh dewasa. Tidak bisa lagi aku goda atau aku bully hahaha.
Ya, mau tidak mau kita harus bertumbuh secara jasmani. Suatu hal yang tidak dapat kita jauhi atau halangi.
Kita bertumbuh. Jadi ingat iklan di televisi, "bajuku dulu tak begini, tapi kini tak cukup lagi. Ku besar, ku besar tambah tinggi,
tubuhku kuat". Kurang lebih seperti itulah pesan yang ingin disampaikan oleh iklan tersebut.
Kita bertumbuh. Sejenak aku berpikir, bagaimana dengan kerohanianku?
Seperti tubuh jasmani ini, seharusnya kerohanianku juga bertumbuh. Tapi rasanya sulit bagi diriku ini untuk mengatakan "rohaniku tak kecil lagi, ku besar ku besar tambah tinggi, rohaniku kuat". Ya, sulit sekali, apalagi saat aku
memandang cermin dan melihat kebobrokan diriku sendiri.
Mungkin tumbuhnya kerohanianku berbeda dengan tumbuhnya tubuh jasmaniku. Mau tidak mau jasmaniku tetap bertumbuh namun kerohanianku?
Aku rasa terletak ditanganku (dan tentu saja juga campur tangan dan rahmat Tuhan).
Do I want to grow or not to grow? Of course the answer is I want to grow. Ku baca pesan dari kitab Ayub 8:11-14: "8:11 Dapatkah pandan bertumbuh tinggi, kalau
tidak di rawa, atau mensiang bertumbuh subur, kalau tidak di air? 8:12 Sementara dalam pertumbuhan, sebelum waktunya disabit,
layulah ia lebih dahulu dari pada rumput lain. 8:13 Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan
Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik, 8:14 yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba".
Dapatkah aku bertumbuh kalau aku tidak berada dalam payungan Bapaku? Dapatkah aku bertumbuh
kalau aku tidak pernah menyelam di dalam air hidup Bapaku?
Seiring aku menuliskan tentang ini, suatu serangan perasaan munafik menghantui aku. Begitu banyak sharing yang aku bagikan
dan celoteh yang aku tuliskan yang mengatakan bahwa aku harus bersekutu bersama dengan Tuhanku, tetapi nyatanya sampai sekarang aku tetap kewalahan untuk mengakui
bahwa aku jauh dari Sang Wahyu. Dalam kelemahanku, aku tau aku harus tetap berusaha berjalan dan menaruh pengharapanku, seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus
kepada umat di Efesus," tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala" (Efesus 4:15)
Ya, berpegang teguh kepada kebenaran di dalam kasih dan bertumbuh di dalam segala sesuatu yang mengarah kepada Dia, Kristus yang adalah Kepala. Semoga aku benar-benar dapat bertumbuh
dalam pengetahuan yang benar akan Allah seperti yang diharapkan para rasul dahulu dalam doa mereka yang tiada henti-hentinya untukku (Kolose 1:9-11)
Ah, to grow or not to grow? Mudah untuk menjawab tetapi sulit untuk menjalaninya. Jesus, help me to grow… in You.
Rules for Holy Living (Kolose 3:1-11)
1Since, then, you have been raised with Christ, set your hearts on things above, where
Christ is seated at the right hand of God. 2Set your minds on things above, not on earthly
things. 3For you died, and your life is now hidden with Christ in God. 4When Christ, who is your[1] life, appears, then you also
will appear with him in glory. 5Put to death, therefore, whatever belongs to your earthly nature: sexual immorality, impurity,
lust, evil desires and greed, which is idolatry. 6Because of these, the wrath of God is coming.[2] 7You used to walk in these ways, in
the life you once lived. 8But now you must rid yourselves of all such things as these: anger, rage,
malice, slander, and filthy language from your lips. 9Do not lie to each other, since you have taken off your old self with
its practices 10and have put on the new self, which is being renewed in knowledge in the
image of its Creator. 11Here there is no Greek or Jew, circumcised or uncircumcised, barbarian, Scythian, slave or free, but Christ
is all, and is in all.
Yang ingin terus bertumbuh,
Kwang
(II Pet 3:18) Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia
dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan,
sekarang dan sampai selama-lamanya.
kembali ke awal
COMMUNITY IS ...
Singapore, 23 September 2003
Tanggal 13 September yang lalu aku dan teman-teman komunitasku merayakan hari ulang tahun kedua
komunitas kami, Komunitas Tritunggal Mahakudus.
Jujur saja, sebenarnya aku tidak begitu tertarik untuk membagikan jalannya perayaan ulang
tahun yang dimeriahkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Jusuf Halim tersebut. Entah mengapa. Hampir 2 minggu telah
berlalu dan lucu, kerinduan untuk membagikan kasih tersebut baru hadir tadi malam saat aku selesai
mendengarkan talk dari suster chaterina yang datang dari Boston, Amerika dalam rangka Rally Divine Mercy sebagai suatu penghormatan kepada Santa Faustina.
Begitu banyak pesan yang disampaikan suster tersebut melalui buku harian St. Faustina, santa pertama di tahun jubilee ini.
Banyak pula pesan yang menyentuh hatiku, terutama pesan untuk tetap membagikan kasih walau aku sedang berada di dalam kegalauan
hati dan kegelapan jiwa. Sebab Tuhan sendiri adalah Kasih.
Aku jadi teringat akan karton besar yang aku pajang di dalam kamarku. Karton besar
yang aku bawa pulang setelah perayaan ulang tahun kedua komunitasku. Karton besar yang berisikan tempelan-tempelan kartu ulang
tahun, gambar, photo dan kreativitas seluruh anggota KTM Singapore sebagai wujud ungkapan kebahagiaan
aku dan teman-temanku.
Ide ini datang dari Fenni (Pelayan Wilayah), ia meminta setiap dari kita membuat suatu karya apa saja yang mengungkapkan arti
komunitas ktm bagi diri kita semua sebagai anggota.
Kasih inilah yang ingin aku bagikan kali
ini, aku berdoa semoga kasih ini dapat membawa
suatu berkat bagi kita semua baik yang tergabung
dalam suatu komunitas ataupun tidak, after
all kita sebagai seorang kristiani tentu
adalah anggota komunitas sebab Tuhan kita
sendiri adalah suatu komunitas; 1 Allah 3
Pribadi; Komunitas Bapa, Putra dan Roh Kudus.
KTM is My School and My Home (by Fenni)
Why My School? Karena banyak sekali yang
aku dapat pelajari dalam komunitas ini, mulai
dari bahan-bahan pengajaran, sharing dari
teman-teman, aku dapat belajar mengerti akan
orang lain, belajar bernyanyi, mengajar,
memimpin pujian, menjadi seorang pelayan,
dan sebagainya dan sebagainya. Ya, KTM is
my school.
Then why My Home? And Not my house? Karena ada istilah yang mengatakan Home Sweet Home (Ngga ada house sweet house kan), disinilah
keluargaku yang kedua, dimana aku dapat berbagi, dimana aku dapat mengasihi dan dikasihi, dimana aku tanpa ragu dapat meminta pertolongan
disaat aku membutuhkan. Nah, selain itu ada gambar pintu yang terbuka di satu sisi. Komunitasku ini terbuka
untuk siapa saja, tetapi bukan terbuka sebebas-bebasnya. Sebab itu satu pintunya tertutup dalam arti aku tidak dapat sesuka hati keluar
masuk di dalam rumahku ini. Seperti halnya sekolah, kalau bolos terus kan bisa di keluarkan dari
sekolah. Tetapi terlihat jendelanya terbuka lebar, dalam arti siapa saja yang tertarik untuk
datang melihat pertemuan sel kita, silahkan, dan kita undang untuk bergabung. Satu hal penting, jendela terbuka lebar, jadi setiap
saat orang dapat melihat kita, jadi kemanapun kita pergi kita sebagai anggota, membawa nama KTM, so aku harus berusaha menjaga
nama tersebut dalam sikap dan perbuatan. Dan dalam
pelayananku ciri khas ke-Katolik-an kita juga harus tetap di jaga.
Smiley Faces (by Me)
Aku melihat KTM sebagai satu keluarga, keluargaku di singapura ini. Di dalam suatu keluarga
tentu ada suka dan duka. Nah aku pilih theme Smiley Faces, karena aku berharap dalam keluarga
ini walaupun kita terdiri dari orang yang berbeda-beda latar belakang; beda hobby; ada yang suka bikin senyum sampai ada yang
sukanya diam. Tapi biarlah semua ini jadi kekayaan keluarga ini.
Dan kita semua tetap selalu ingat bahwa dibalik suka duka perjalanan keluarga ini kita semua pernah dan semoga selalu dapat tersenyum,
dalam suka dan duka sebagai satu keluarga. Karena itu aku cari photo anggota KTM yang lagi tersenyum semua dan aku susun
menjadi satu gambar yang memiliki latar belakang logo KTM. KTM sebagai keluarga besar dan KTM Singapore sebagai salah satu anggota dari keluarga besar tersebut.
Photo-photo tersebut diatur secara acak tidak berurutan per sel dengan tujuan agar setiap
anggota yang melihat photo tersebut tidak hanya mengingat teman satu sel saja tetapi juga tetap memberikan perhatian yang
sama terhadap anggota sel lain. Banyak anggota tetapi tetap satu tubuh.
KTM itu seperti Kebun (by Johannes Sujendro)
KTM adalah kebun, kebun yang dijaga dan disirami
dengan kasih. Yang menyirami dan membuat
bertumbuh adalah Tuhan dan bukan atas usaha
kita sendiri. Seisi kebun bertumbuh seturut
kehendak Tuhan sendiri. Dan Tuhan senang
melihat semua bunga yang bertumbuh. Baik
yang telah menghasilkan bunga ataupun yang
masih berjuang.
KTM seperti sebuah Gelas (by Vivianty)
KTM bagaikan suatu gelas; Gelas yang bagus lho. Dan di dalam gelas tersebut ada bermacam-macam gambar kecil-kecil yang melambangkan pribadi
dari setiap anggota sel. Kita semua dimasukan ke dalam gelas tersebut dan sewaktu berada di dalam gelas mungkin
akan terjadi gesekan-gesekan, pengenalan satu sama lain, macam-macam deh. Tetapi pada akhirnya saat semua itu teraduk menjadi satu, kita akan menjadi suatu minuman yang lezat,
kita semua terbentuk seturut panggilan Tuhan atas kita. Dan diatas gelas tersebut terdapat gambar
sepasang kupu-kupu yang melambangkan kedua pelindung dari KTM (Nabi Elia dan Bunda Maria) yang akan tetap selalu melindungi kita semua.
Masih banyak lagi karya lainnya, tapi rasanya terlalu banyak untuk saya bagikan. Aku berdoa semoga kasih ini terus mengalir diantara kita semua.
So, Community is ___ (what do you think?)
In His Love,
Kwang
kembali ke awal
TESTIFY TO LOVE
Singapore, 02 Oktober 2003
Pagi ini saat aku sibuk mengecek emailku, aku tersentuh dengan salah satu email dari temanku di Amerika, demikian emailnya:
halo kwaang....,
uumm actually i'm not sure about this karena downloading mp3 is illegal. aku put di blog sebetulnya cuma untuk didenger.. and
i dont really wish people to download it.. (kecuali lagu yang dibikin sama kita sendiri atau free music seperti ciptaan2nya
bro iben) .. aku sendiri tarok di situh karena aku punya cd-nya.. and therefore aku punya copyrightnya.... aku sebetulnya pengen
buat mp3 itu cuma untuk bisa didenger aja tanpa bisa didonlot,.. tapi ga ngerti gimana caranya..
(xxxx websites addressnya) sendiri punya mp3s banyak bangets di situ... and i kinda want to make it rather private.. and
just use it untuk sharing file buat practice nyanyi. Thus aku rada kaget pas liat linknya nongol di mailing list hehe.... soalnya
anggota KTM khan ada banyak sekali. let me know what you think about it..
ok :) thanks, -truncated-
Sedikit terkejut, malu ditambah perasaan bersalah membuat aku cepat-cepat laksana kilat mengetik permohonan maafku kepada si
empunya website yang aku post pada mailing list kemarin sore. Posting yang berisikan kata untuk mendownload lagu yang ada dalam
alamat websitenya, tindakan yang aku lakukan karena terlalu excited untuk membagikan lagu-lagu
yang ada didalam site tersebut.
Setelah meminta maaf, dengan cepat pula aku mengetik permohonan kepada seluruh anggota milist agar tidak mendownload
lagu tersebut tetapi hanya mendengarkan online seperti yang diharapkan oleh si empunya website (ps: semoga semuanya mau merendahkan
hati dan mengikuti kerinduan si empunya website).
Sebenarnya. aku kagum dengan niat tulus dari si empunya website untuk memperhatikan tentang hal copyright dari lagu-lagu
tersebut. Mungkin jarang kita dapatkan di jaman sekarang kerinduan untuk taat pada hukum dalam
hal ini, apalagi aku yang dibesarkan di kota Jakarta yang notabene penuh dengan segala sesuatu yang
bajakan (dari cd - dvd, dan lain-lain, untung katanya sekarang sudah ada hukum yang mengaturnya).
Tuhan tidak melihat perbuatan tetapi melihat hati, demikian jawaban salah satu temanku yang terlanjur mendownload
lagu tersebut. Well, itu benar sekali. Tetapi apa yang ingin aku tanyakan bukanlah tentang hal hati vs tindakan.
Tetapi sedalam apakah aku sudah terjebak dalam suatu pola pikir yang men-sah-kan segala sesuatu hanya karena itu menguntungkan
aku? Beli VCD bajakan, well untung bagiku karena murah. CD bajakan atau copy CD sana-sini, enak memang murah tetapi
apa betul apa yang aku lakukan? Yah, terdengar klise dan kritis sekali. Atau mungkin ada yang mengatakan
kalau aku terlalu sok suci? Or sok benar? Or sok taat? Kan kalau asli pasti mahal? Kan boros?
Mengapa tidak beli saja yang bajakan? Kan membantu mereka yang jualan juga? Kan kasihan udah dagang tapi ngga
dibeli? Kan nolong mereka yang kesusahan?
Aku berpikir, seperti lagu yang aku dengarkan dari site tersebut yang berjudul 'Testify To Love'. Apakah dengan
melakukan hal-hal di atas tersebut aku sudah menjadi saksi akan kasih Tuhan? Or malah membuatNya
terlihat menjadi seperti seorang pembajak juga? Ku ingat saat Yesus ditanyakan tentang
bea sebesar dua dirham (Mat 17:24-27), Yesus malah menyuruh Petrus pergi memancing dan
ikan pertama yang ia dapatkan harus diberikan untuk membayar bea/pajak yang diwajibkan. Suatu ketaatan kepada pemerintah
yang ada pada saat tersebut. Taat pada hukum yang ada. Well, sulit memang untuk memberikan
suatu jawaban atau tindakan nyata dalam hal-hal ini. Apalagi dunia disekelilingku sekarang ini, bahkan aku sendiri telah tenggelam
dalam kenikmatan atau kemudahan akan hal-hal seperti ini. Entah kenikmatan yang membawa berkat atau malah membuat aku semakin sulit
untuk melihat kebenaran yang ada. Bercermin aku melihat hatiku, ku cari suatu jawaban di dalamnya. Sedalam apakah
aku telah tenggelam? apakah aku sudah menjadi saksi dari tindakanku sendiri? Or aku masih
terikat dengan kenikmatan yang aku nikmati sekarang ini?
Am I testifying the Love through my obedience to the Law? Or?
Testify To Love <- Lagunya menyentuh saya dalam sekali
All the colors of the rainbow
All the voices of the wind
Every dream that reaches out
That reaches out to find where love
begins
Every word of every story
Every star in every sky
Every corner of creation lives to testify
Chorus:
For as long as I shall live
I will testify to love
I'll be a witness in the silences when
words
are not enough
WIth every breath I take
I will give thanks to God above
For as long as I shall live
I will testify to love
From the mountains to the valleys
From the rivers to the sea
Every hand that reaches out
Every hand that reaches out to offer
peace
(Hand of peace, ohh)
Every simple act of mercy
Every step to Kingdom come
All the hope in every heart will speak
what
love has done.
Yang mau belajar testify,
Kwang
kembali ke awal
SIMPLE ACT OF LOVE
Singapore, 17 Oktober 2003
Mat 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang
kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku
yang paling hina ini, kamu telah melakukannya
untuk Aku.
Aku teringat cerita kasih dari salah satu email yang pernah temanku kirimkan kepadaku. Suatu cerita tentang tindakan kasih
yang sederhana dari seorang anak muda terhadap teman sekolahnya. Kalau tidak salah, dia mengucapkan kata 'hai' lalu mereka
berkenalan. Dan setelah berteman cukup lama, sang teman menceritakan kalau ia sangat berterima kasih atas ucapan 'Hai' tersebut. Sebab pada hari
dimana mereka berkenalan, sang teman merencanakan untuk bunuh diri karena tidak dapat lagi bertahan dalam cobaan hidup yang ia
alami. Simple act of love, tapi memberikan suatu dampak yang luar biasa.
Cerita di atas melintas di dalam pikiranku saat tayangan True Courage di televisi berakhir. Suatu tayangan yang menceritakan kisah-kisah nyata peristiwa di singapura. Tadi
malam serial tersebut menceritakan tentang seorang wanita yang berwajah cantik, tenar, tetapi hidupnya hancur karena salah seorang
pria yang tertarik pada dirinya mencoba membunuh wanita tersebut karena ia merasa di tolak.
Pada suatu pagi, sang pria mendatangi rumah si cantik. Dengan berpura-pura sakit perut dia berhasil masuk ke dalam rumah dan
peristiwa menakutkan itu terjadi. Tiba tiba sang pria memukul kepala si cantik dan meraih pisau dapur kemudian menoreh noreh muka mulus
rupawan yang tak berdaya. Belum lengkap rasanya penderitaan itu, sang pria kemudian menyiram wajah tersebut dengan air mendidih. Dan kemudian dia
lari.
Wajah yang cantik seketika berubah menjadi wajah yang hmm tak terungkapkan. Tak heran saat si cantik berusaha membunuh dirinya
saat pertama kali ia melihat rupanya di cermin rumah sakit bahkan putranya yang berumur 7 th menolak mendekati ia saat pertama kali
bertemu dengannya.
But again, a simple act of love gives a hope. And a hope gives life. Satu suster yang tergerak akan kasih mengajak
teman gerejanya untuk dapat menjenguk si cantik (Aku tetap menganggap dia cantik, tetapi bukan lagi wajahnya yang cantik tetapi
hati dan kekuatannya untuk bertahan hidup). Si cantik tersentuh dengan kasih si suster dan teman temannya, kasih yang menerima
ia dengan apa adanya. Mereka bernyanyi dan berdoa bersama.
Dari simple act of love tersebut, si cantik kemudian menemukan suatu pengharapan baru. Walau jalan yang berliku dan kesedihan
yang terus mencoba untuk merengut hidupnya. Lirikan ketakutan dari anak-anak yang melihat wajahnya,
serta pandangan kasihan dari orang orang sekelilingnya. Si cantik mampu berdiri teguh dan berjalan dalam pencobaan hidupnya.
She is a stayer indeed (seperti yang aku sharingkan dalam quitter or stayer).
Sekarang si cantik bergabung dalam suatu ministry yang melayani mereka yang memiliki masalah dalam kehidupan. Berkeliling
dunia menceritakan kisah pengalaman hidupnya dan bagaimana kita semua dapat menanggulangi masalah-masalah tersebut.
Prinsip si cantik yang menyentuh hatiku adalah
setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, dan biarkan Tuhan turut bekerja di dalamnya. Dan juga janganlah kita memandang remeh diri kita
sendiri dan mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Setiap pribadi adalah anugrah dan setiap pribadi adalah suatu keunikan ciptaan Tuhan yang di dalamnya terdapat suatu
talenta dan kekuatan yang berbeda-beda.
Tersenyum aku seiring berakhirnya cerita tersebut, akhir suatu cerita hidup yang mungkin tidak seindah cerita cinta serial jepang
ataupun korea. Wajah cantik rusak bagaikan bejana terbelah. Tetapi jiwa yang baru tercipta bagaikan pelangi yang indah berwarna. Ya, semua itu karena anugerah Tuhan yang kuasa.
Karena tindakan kasih yang sederhana.
Are you ready to share that simple thing? that Simple act of love?
God Bless,
Kwang.
kembali ke awal
MIRIP dan SERUPA
Singapore, 04 November 2003
Beberapa waktu lalu, di suatu pagi dalam perjalanan menuju ke kantor aku dikejutkan oleh seorang sosok gadis yang duduk
sambil mengobrol dengan teman-temannya. Saat itu aku dengan santai berdiri di dalam
kereta dan tiba-tiba aku mendengar suatu percakapan berbahasa Indonesia.
Refleks aku menoleh dan memandang ke arah suara yang datang, maklum itulah yang biasa
kita lakukan sebagai orang Indonesia bukan? Mencari teman sesama orang Indonesia di negeri
tempat kita merantau.
Sejenak kulihat wajah si gadis, yaiksssss, hampir saja aku melonjak kaget, wajahnya mirip sekali dengan wajah pacarku yang ada
di Indonesia. Ku pandang dengan perasaan heran, wah setahuku doski ngga punya saudari wanita lain diluar sepengetahuanku.
Waktu berlalu, si gadis sudah terlupakan dari kekagetanku, sampai hari jumat lalu saat hari pertama retret dimulai. Sibuk
aku menyiapkan retret tiba-tiba sosok si mirip itu muncul di depan pintu. Bukan hanya
aku yang kaget tetapi Beberapa temanku bahkan terkejut memandang si mirip.
Bahkan ada temanku yang berpikir kalau pacarku diam-diam datang menjengukku. Tetapi ternyata
semuanya salah, si mirip hanyalah si mirip bukan pacarku. Kembali aku tersenyum saat aku mengingat kejadian tersebut.
Mirip memang, tetapi tidaklah sama Mirip memang, tetapi tetap saja dua
pribadi yang berbeda. Aku jadi teringat dengan Kitab Roma 8:29,"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula,
mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya
Ia, AnakNya itu, menjadi sulung diantara banyak saudara."
Aku yang dipilih (Yoh 15:16) olehNYa untuk menjadi bagian dari umatNya,
hambaNya memiliki suatu masa depan yang diharapkan dapat menjadi serupa dengan Dia yang memilih
diriku. Ya, aku bukan hanya ditentukan untuk menjadi mirip dengan Dia bahkan aku ditentukan
olehNya untuk menjadi serupa dengan Dia.
Suatu harapan yang rasanya sulit sekali untuk aku pegang, suatu masa depan yang rasanya sulit sekali aku capai.
Tapi Dia tau kalau tidak mudah bagiku untuk terus berharap dan berusaha karenanya Dia mengingatkan aku juga bahwa: (Roma 12:2) "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada
Allah dan yang sempurna".
II Korintus 3:17-18 mengatakan "Sebab Tuhan adalah Roh dan dimana ada Roh
Allah di situ ada kemerdekaan. Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung. Dan karena kemuliaan
itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya dalam kemuliaan yang semakin besar.
Aku tersenyum, ternyata mulia sekali panggilanku sebagai anakNya. Mencerminkan kemuliaanNya dalam tingkahlaku dan tuturkata, mencerminkan
gambar dan rupa Allah dari sikap hidup keseharianku. Menjadi serupa dengan Allah yang hidup yang berdiri dihadapanku.
Baru saja aku mendapat kabar si mirip akan pulang ke Indonesia for good. Maklum sang suami tercinta ternyata ada di Indonesia
(so guys, ngga usah takut lagi kan, maklum banyak yang takut aku menyamakan dia dengan pacarku hahaha).
Tetapi harapan dan tujuan hidupku tidaklah berubah. Menjadi serupa denganNya, dalam
tuturkata, sikap dan tingkah laku, dalam iman dan kasih.
Menjadi serupa dengan Dia, bukan hanya mirip saja. Mirip di luar tetapi lain di dalamnya. You know what I mean.
Yang mau banget agar bisa jadi serupa, Kwang.
kembali ke awal
AKU? TAK LAIN HANYALAH DEBU
Singapore, 05 November 2003
Kemarin sore, saat aku hendak berkemas pulang ke rumah tiba-tiba seorang temanku menelpon
dan mengajak aku untuk mengunjungi salah satu pasien yang sakit. Seorang teman dari
Jakarta yang menderita sakit cukup lama dan terbaring di unit gawat darurat dengan keadaan tidak berdaya. Sakit Lupus kata dokternya.
Sebenarnya sudah beberapa kali diantara kami menjenguk dia dan keluarganya. Hubungan yang
hanya sekedar kenal menjadi demikian akrabnya, mungkin karena setiap dari kami ingin membantu meringankan beban keluarganya walau
hanya sekedar mampir dan ngobrol seadanya. Ya, kata orang walau hanya kehadiran saja itu
kadang itu sudah cukup lagi pula kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan.
Pukul 19.30 aku dan teman-temanku sampai di rumah sakit. Setelah sempat kecewa dengan rumitnya prosedur mendapatkan ijin
masuk ke ruangan gawat darurat, akhirnya kami berhasil naik dan bertemu dengan keluarga teman
kami tersebut.
Terenyuh juga hatiku melihat si tante menangis sambil memegang anaknya yang sakit. Serta
wajah lelah dari kakak dan ayahnya yang mungkin sudah tak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan. Setelah beberapa saat aku
dan temanku masuk ke dalam ruangan, ku tatap wajah polos di atas ranjang yang putih, wajah yang begitu
ceria saat aku menjenguknya beberapa minggu lalu, wajah yang dengan semangat membahas soal makanan saat kami melihat acara televisi
di dalam kamar rumah sakit sebelum kondisinya yang tiba-tiba menurun secara drastis.
Wajah polos yang tertidur, wajah yang ternoda oleh kabel-kabel yang masuk dari mulut dan
hidung dan beberapa bagian dari tubuhnya. Lagi cuci darah kata tantenya.
Saat aku menghampiri si tante, tiba-tiba aku kehilangan kata. Begitu juga teman-temanku di sana, seharusnya kami berusaha menghibur, tetapi apa daya, tiba-tiba kami terdiam
seribu basa sambil berdiri menatap mata si tante yang sembab karena menangis entah berapa
lama.
Ah, ku tanyakan Tuhan apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus kami lakukan?
Si tante tiba tiba berkata,"Tante tau tante harus tegar, tapi tante sudah tidak
tahan. Apalagi saat tidak bisa memberikan apa yang anak tante mau. Dia mau pulang, sudah bosan dan sakit sekali katanya". Dia rindu pulang ke Jakarta katanya".
Dan ia menangis.
Ah, entah apa yang harus aku lakukan. Ku tahu sejak kemarin pagi jam 3, salah satu
temanku menemani mereka saat si tante panik dengan kondisi anaknya yang kembali menurun.
Bahkan ia sampai harus cuti kemarin karena sesampai malam itu ia masih menemani mereka
(salut buat Elren). Aku rasa, mungkin hanya itu yang bisa kami
lakukan. Menemani keluarga mereka, terutama kedua orang tuanya. Ya, hanya itu saja. Tetapi aku tahu, Yesus ada di sana saat kami
berdoa. Ah, hidup itu sungguh berharga. Kejadian-kejadian yang aku alami selama ini membuat aku bertanya, sejauh apa aku menghargai hidupku,
sejauh apa aku menghargai berkat yang Tuhan berikan kepadaku dan keluargaku? Sejauh apa aku dapat
mencintai Tuhan jikalau aku yang menjadi mereka.
"Tante tetap bersyukur kepada Tuhan, selama 2.5 tahun ini bahwa tante masih bisa
punya keluarga ini, masih bisa liat kasih dan kuasa Tuhan". Dua setengah tahun lama perawatan yang telah dilakukan.
Ah, kembali aku terdiam. Dapatkah aku berkata seperti demikian jikalau aku yang menjadi mereka?
Sore ini, kami akan kembali menjenguk mereka. Walau tak tahu apa yang harus kami lakukan
selain berdoa dan berharap. Semoga saja dengan kehadiran kami di sana si tante dapat mendapatkan kekuatan yang berasal dari Tuhan. Semoga
saja kasih Tuhan terus mengalir melalui setiap wajah-wajah yang datang menjenguk dan menemani si tante.
Aku percaya Tuhan tahu apa yang mereka butuhkan. Aku percaya semua akan indah pada waktuNya. Aku percaya bahwa Ia tidak pernah meninggalkan anak-anakNya.
Aku percaya, dan aku akan tetap bermazmur bagi Dia: TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan
aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput
hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh
karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
aku tidak takut bahaya,
Sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu,
itulah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan
lawanku;
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;
pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti
aku, seumur hidupku;
Dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang
masa.
Hmm, Dapat sms lagi, disuruh doakan pasien lain yang juga mau operasi, pasien yang tidak
bisa jalan, dan yang meninggal. Ah Tuhan, betapa kami hanyalah manusia lemah yang berasal dari debu tanah.
Semoga aku dapat terus mengingat bahwa AKU BUTUH ENGKAU. Ya, semoga aku dapat terus
menghargai setiap detik dari hidupku ini.
Salut buat tante-tante yang lagi jenguk pasien-pasien lain sekarang ini saat aku mengetik sharing ini. Tuhan memberkati pelayanan kasih
anda semua.
Yang belajar untuk terus berharap,
Kwang.
kembali ke awal
ULANG TAHUNKU
Singapore, 10 November 2003
Jumat, 7 november 2003. Ku pandang jam dinding yang tergantung tepat di atas tempat tidurku, jam 11.45 pm, saat handphoneku berbunyi.
Ternyata dari sang kekasih hati yang jauh di ambon. Selamat ulang tahun katanya. Tak lama setelah aku menyelesaikan pembicaraan dengan elsye, pacarku tiba-tiba sebuah sms
yang berbunyi selamat ulang tahun dari temanku. Tak lama aku tertidur.
Sabtu, 8 november 2003. Terbangun aku dari tidurku dan dengan singkat aku panjatkan syukur kepada Tuhan atas pagi itu. Satu hari,
atau tepatnya satu tahun sudah diberikan padaku. Aku katakan pada diriku, hari ini aku harus berkarya. Bangun, lalu aku mulai
membersihkan rumahku serta kamarku.
Sepanjang aku bekerja membersihkan rumah, tak henti-hentinya handphoneku berdering, baik sms ataupun incoming call. Bahkan lucunya,
ada Beberapa nomor handphone yang mengirimkan sms tapi aku tidak tahu siapa yang mengirimkannya. Setelah bolak balik bertanya ternyata banyak
dari teman-temanku (yang di indo ataupun tante-tante di Singapore) yang nomornya tidak aku simpan.
Tak lama, rapi sudah rumahku. Mandi, aku duduk dikamarku dan tersenyum. Tahun ini rasanya tahun yang indah. Tahun dimana ku
menerima ucapan selamat ulang tahun terbanyak dari semua tahun tahun yang pernah aku lewati. Dari keluarga, pacar, teman-teman semuanya.
Tahun dimana aku benar benar tidak merasa bahwa aku hanya seorang diri saja di Singapore ini. Tahun dimana aku merasa bahwa Tuhan
benar benar menjagaku. Tak salah saat Yesus mengatakan bahwa Ia tidak akan meninggalkan diriku. Yup, Ia bersamaku.
Aku juga mendapatkan kue ulang tahun dari salah satu tante yang anaknya beberapakali aku kunjungi di rumah sakit. Ada tante yang
memasakan mie goreng yang hmm enak sekali. Maklum bagaimanapun kultur Chinese tetap tercantum, harus makan mie saat hari ulang
tahun begitu kata si tante. Sama halnya dengan ibuku.
Belum lengkap sukacitaku, Tuhan tambahkan dengan terpilihnya Pelayan dan Wakil Pelayan Wilayah Komunitasku yang baru saat kami berdoa
bersama sore itu. Ditambahkan seakan-akan temanku mengerti keinginanku, mereka menghadiahkan aku sebuah alat pewangi ruangan disertai
cairannya. Maklum bebrapa hari lalu saat pulang ke Indonesia, aku berniat membeli alat tersebut guna mencoba untuk mengatasi
morning flu yang harus selalu aku perangi setiap pagi.
Tuhan memang baik, melalui temanku, Ia menghadiahkan aku alat tersebut hahaha senang rasanya. Pagi ini, saat tiba dikantor, aku disuguhkan
dengan email-email ucapan selamat ulang tahun. Hari ulang tahun yang biasanya aku anggap sebagai satu hari biasa saja, just like any
other day menjadi berkesan sekali.
Thanks buat semuanya, you made me realize that hari ulang tahun itu sebenarnya bukan hari yang sama dengan hari hari lainnya.
Tetapi hari dimana Tuhan ingatkan kepadaku bahwa 1 tahun sudah aku diberikan nafas hidup. Hari dimana aku harus bertanya kepada diriku,
apa yang sudah aku berikan bagi Tuhan dan sesama? Bagi orang yang aku kasihi dan cintai. Bagi keluargaku dan teman-temanku.
Jadi ingat lagu New Kids on The Block yang berjudul Happy Birthday, salah satu liriknya berbunyi begini: Age is just a number don't
you stop having fun. Aku ubah menjadi Age is just a number, don't you stop serving God.
Yang berulang tahun,
Kwang
kembali ke awal
IN MEMORIAM - MELI
Singapore, 14 November 2003
Rumah sakit NUH, kira-kira 1 bulan yang lalu. Masih kuingat wajah polos serta pipi montok
yang menggemaskan saat pertama kali aku bertemu dengannya. Meli, katanya setelah ia menyambut
uluran tanganku.
Meli, seorang gadis yang muda berumur 19 tahun. Aku kenal ia dari salah satu temanku
yang mengajak aku untuk mengunjungi mereka sekeluarga. Meli dan keluarga yang datang
dari Jakarta untuk mengobati penyakit lupus yang telah dideritanya kira-kira sekitar 2 tahun.
Senang sekali hatiku saat mendengar kesaksian dari ibunya yang begitu menggebu-gebu menceritakan bagaimana Tuhan menjaga dan merawat
Meli, juga mereka sekeluarga sampai keadaan Meli yang saat itu aku lihat. Saat dimana masih
kuingat sosok lugu yang menggemaskan tersebut sibuk membesarkan volume suara televisi dan berdiskusi denganku tentang makanan
apa yang disajikan oleh para koki jepang dalam suatu acara televisi. Ya, kira-kira 1 bulan yang lalu.
Kemarin pagi, saat aku membaca email dari temanku yang mengatakan bahwa Meli sedang dalam keadaan koma. Tiba-tiba aku merasakan
saatnya telah tiba. Entah mengapa. Dan 10 menit kemudian handphoneku berbunyi menyampaikan berita bahwa ia telah pergi untuk selamanya.
Salah satu temanku langsung meminta ijin dari kantornya dan menuju ke rumah sakit
(Elren, you are the best) lalu membantu keluarganya mengatur segala sesuatu. Jasad Meli akan dibawa pulang ke Jakarta besok pagi
katanya (hari ini). Entah mengapa, aku merasa bahwa ini yang terbaik bagi Meli.
Meluncur MRT yang aku tumpangi dengan beberapa temanku menuju Buona Vista. Setelah bergelut mencari taxi, akhirnya kami sampai
di tempat yang mereka tempati. Ramai sudah di dalam kamar losmen tersebut. Ku lihat wajah-wajah teman-temanku yang lain. Teman-teman
yang Tuhan tempatkan untuk menghibur keluarga yang baru Meli tinggalkan. Malaikat-malaikat kecil nan sederhana yang hanya dapat tersenyum
simpul menatap wajah satu dengan yang lain sementara sang ibu terlihat lelah yang aku tahu tak lain karena lelah menangis.
Si Tante menghampiriku dan berkata,"Tante sudah berusaha sekuat tenaga dan tetap berdiri sekarang", disertai senyum simpul
yang memancarkan kepedihan yang tidak pernah aku rasakan. Lalu kami berdoa bersama, aku rasa karena hanya itu yang bisa kami lakukan
untuk keluarga ini.
Semua kejadian ini membuat aku tak henti-hentinya bernyanyi semalam. Aku tak tahu apa yang harus aku ucapkan lagi kepada Tuhanku.
Hanya terima kasih, permohonan dan ungkapan syukur atas segalanya. Aku katakan pada Tuhan, aku
tidak tahu apakah yang kami lakukan tersebut dapat membantu mereka. Tetapi aku percaya bahwa Engkau yang akan membuat semuanya menjadi
indah.
Kunyanyikan kembali lagu yang kami nyanyikan bersama di sana: "Tangan Tuhan sedang merenda, suatu karya
yang agung mulia. SaatNya kan tiba nanti, kau lihat pelangi kasihNya"
Aku berdoa, semoga keluarga tersebut benar-benar dapat melihat pelangi kasihNya walau
sedang dalam kependihan yang luar biasa. Aku tahu kalau mudah bagiku mengatakan semuanya itu
karena bukan aku yang menjalaninya.
Aku tahu, seperti lagu yang si tante minta, lagu kesukaan Meli katanya.
Ku mau cinta Yesus, selamanya, ku mau cinta Yesus selamanya.
Meskipun badai silih berganti dalam hidupku, ku tetap cinta Yesus selamanya.
Ya, aku tahu, kami semua akan tetap cinta Yesus selamanya.
Karena dibalik semuanya ini aku percaya, semua akan indah pada waktuNya. Meli telah pergi, hidupnya bukan dimusnahkan tetapi
ia telah memulai suatu hidup yang baru, hidup yang kekal.
Dan juga aku secara pribadi bersyukur kepada Tuhan atas semua teman-temanku. Teman Komunitas
Tritunggal Mahakudus dan teman lainnya yang bersama-sama berbagi waktu dan kasih bagi
keluarga yang ditinggalkan ini.
Keep the spirit burning guys. Tuhan telah menggerakan kita semua dan mengajar kita
semua melalui peristiwa itu. "Allah hidup, dan aku berdiri dihadapanNya"
In Memoriam - Meli.
God Bless,
Kwang
kembali ke awal
AKU SEORANG PENYAMUN?
Singapore, 21 November 2003
Read: Matius 21:1-22
Aku rasa boleh dibilang aku ini adalah seorang penyamun.
Dalam film-film jaman dahulu biasanya sosok penyamun digambarkan dengan sosok yang garang,
berjanggut atau berewokan, berbadan kekar dan bertato. Ya, sosok yang melambangkan suatu kekerasan dan ketidak-tertiban.
Tapi dalam film-film jaman sekarang, rasanya sedikit berubah. Banyak film-film menggambarkan
sosok elite dan cool, rapi dan pendiam malahan menjadi mafia atau teroris. Ya, bagi mereka
yang suka nonton film pasti mengerti apa yang aku maksudkan.
Karena itulah aku merasa kalau aku ini seorang penyamun, seorang penyamun jaman sekarang. Bukan lagi bersosok garang, berewokan
dan bertato. Tapi malah berwajah tenang, rambut rapi dan tanpa tato. Aku penyamun jaman sekarang.
Aku berani berkata demikian sesaat setelah aku membaca apa yang dikatakan oleh Yesus
saat Ia mengusir semua pedagang di dalam Bait Allah.
"Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya
sarang penyamun" (Luk 19:46).
Aku pikir para pedagang tersebut tentu bingung tujuh keliling dan marah. Meja-meja penukar
uang dan bangku-bangku pedagang merpati di jungkir balikkan oleh Yesus. Padahal apa
yang mereka lakukan merupakan suatu hal yang mereka rasa benar dan sudah menjadi kebiasaan dalam hidup mereka sehari-hari.
Bahkan Iman-imam kepala dan para ahli taurat yang jaman itu dianggap sebagai orang
religius juga murka yang berarti mereka sudah biasa akan perdagangan atau pelayanan di
dalam Bait Allah tersebut.
Makanya saat aku bandingkan Bait Allah tersebut dengan diriku, yang juga adalah Bait Allah, membuat aku merasa seperti seorang penyamun saja. Tidak tahukah aku, bahwa tubuhku adalah
bait Roh Kudus yang diam di dalamku, Roh Kudus yang aku peroleh dari Allah dan bahwa aku bukan milikku sendiri? (I Kor 6:19)
Rasanya tidak pantas jika aku tuliskan dalam sharing ini segala karya tanganku yang
membuat diriku ini layak untuk dijungkir balikkan. Malu juga rasanya. Mungkin yang bisa aku
lakukan hanya berdiri dihadapan cermin kamarku dan melihat wajah sang penyamun.
Ah, aku hanya bisa berdoa dan berusaha agar aku tidak menjadi seperti pohon ara yang
sekonyong-konyong kering saat Yesus menemukan aku tidak berbuah.
Mungkin masa advent yang sebentar lagi datang ini merupakan anugrah dari Tuhan bagiku untuk
mempersiapkan diriku. Jangan menunggu sampai Dia menjungkir balikan diriku, tapi aku rasa ada baiknya aku sendiri terlebih dahulu
menjungkir balikan diriku. Menata rapi sesudahnya itu dan saat Yesus datang nanti, saat Ia masuk
ke dalam baitNya ini bukan murka yang bangkit dari dalam diriNya tetapi senyum yang indah
selaksa pelangi dari dalam surga.
Adventus yang berarti DATANG (The Lord's coming) merupakan saat terindah yang disediakan
gereja bagi seorang penyamun seperti diriku. Rasanya sudah saatnya juga aku bangun dari tidurku, hari sudah hampir siang (Roma 13:11-14).
Dan sajakpun mulai mengalun: Saatnya bangun wahai penyamun, kebaskan debu
yang semakin membuat ngeri, Jangan biarkan sakitmu mengikat diri, hanya karena egomu yang ngelantur.
Saatnya bangun wahai penyamun, kikis dakimu yang semakin meninggi Jangan biarkan malasmu mengikat nurani, membuat
sesama mundur teratur. Sang Penyamun (yang mau dijungkir balikkan),
Kwang.
kembali ke awal
|
|